UNICEF: Dunia Alami Krisis Air Minum dan Sanitasi
21 Maret 2023Krisis air dilaporkan meruncing di 10 negara Afrika, di mana 190 juta anak-anak kesulitan mengakses air bersih dan fasilitas sanitasi yang memadai, lapor Dana Anak-anak PBB, UNICEF, awal pekan ini.
Dalam studi yang dirangkai bersama degan Badan Kesehatan Dunia (WHO), UNICEF mewanti-wanti terhadap situasi darurat di negara-negara Afrika Tengah dan Barat, yakni Benin, Burkina Faso, Kamerun, Chad, Pantai Gading, Guinea, Mali, Niger, Nigeria dan Somalia.
Di kawasan yang banyak dilanda konflik bersenjata dan ketidakstabilan itu, kesehatan balita termasuk yang paling terdampak.
Menyambut Hari Air Dunia pada Rabu (22/3), UNICEF ingin mendorong tercapainya Sasaran Pembangunan Berkelanjutan (SGD) dalam menjamin akses air bersih bagi semua penduduk Bumi pada 2030.
Menurut PBB, saat ini sekitar dua miliar manusia, atau seperempat penduduk Bumi, masih kesulitan mengakses air bersih.
Bencana berkepanjangan di Pakistan
Krisis air bersih dan sanitasi juga dialami 10 juta penduduk Pakistan, termasuk anak-anak, sebagai dampak bencana banjir pada 2022 silam. Hingga kini, warga di wilayah yang terdampak belum mendapat suplai air minum yang memadai.
Adapun kampanye donasi untuk Pakistan sejauh ini baru berhasil mengumpulkan USD 175 juta, atau kurang dari separuh dana yang dibutuhkan. Dengan perekonomian di ambang kebangkrutan, Pakistan kewalahan membiayai pemulihan di wilayah bencana.
Bahkan sebelum terjadinya banjir yang menewaskan 1.739 orang, itu pun hanya 36 persen suplai air di Pakistan yang tergolong bebas pencemaran dan aman dikonsumsi.
"Air bersih bukan kemewahan, melainkan hak asasi manusia,” kata Abdullah Fadil dari UNICEF Pakistan.
Menurut PBB, lebih dari 1,5 juta anak-anak di wilayah terdampak banjir di Pakistan mengalami malnutrisi akut. Angka tersebut dipastikan meningkat seiring langkanya air bersih dan fasilitas sanitasi.
"Setiap hari, jutaan anak-anak perempuan dan laki-laki di Pakistan tidak berdaya melawan penyakit menular dan malnutrisi,”tutur Abdullah Fadil.
"Kita tetap harus mengarahkan donasi untuk membantu menyediakan air minum bersih, membangun toilet dan menjamin layanan sanitasi vital bagi keluarga dan anak-anak.”
Merebaknya konflik air
PBB melaporkan, separuh penduduk Bumi mengalami kelangkaan air sepanjang tahun lalu. Sebabnya, potensi konflik antarnegara berpotensi meningkat, seiring giatnya pemanfaatan sumber air untuk keperluan industri.
Fenomena ini bisa disimak pada pembangunan bendungan di Sungai Nil, Indus, Mekong, Herat, Eufrat dan Tigris, serta Sungai Parana yang membelah Brasil dan Paraguay. Di Irak, Iran dan Mesir, keberadaan bendungan dikeluhkan menyurutkan tinggi air dan memperparah kekeringan.
Hal ini akan turut dibahas dalam KTT Air PBB pada pekan ini di New York AS. Pertemuan itu akan mengagendakan akses air bersih di seluruh dunia dan tergolong langka dalam agenda PBB.
"Untuk pertama kalinya dalam 46 tahun, dunia berkumpul bersama untuk membahas masalah air,” kata Henk Ovink, utusan khusus Belanda untuk masalah air. "Kesempatan ini datang hanya sekali dalam satu generasi,” imbuhnya.
"KTT Air harus menghasilkan Agenda Aksi Air yang berani dan komitmen yang sangat dibutuhkan oleh dunia,” timpal Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres.
rzn/hp (afp,ap)