Yaman Lancarkan Operasi Lawan Al Qaida
13 Januari 2010Dia merupakan salah satu pemimpin Al Qaida di Yaman, namanya adalah Abdullah Mehdar. Latar belakang pria berusia 46 tahun itu tidak begitu dikenal. Seperti banyak warga Yaman lainnya, Mehdar bertempur melawan militer Uni Soviet sebagai pejuang suci di Afghanistan. Namanya tercantum dalam daftar 108 teroris yang paling dicari, dan tampaknya pemerintah Yaman juga sudah mengetahui lokasi persembunyian Mehdar.
Di dalam sebuah rumah di kota kelahirannya Al Houta, di provinsi Shabwa di Yaman tenggara, pada malam menjelang Rabu (13/01), Mehdar dikepung dan dibunuh. Empat tersangka teroris lainnya, yang diduga akan membicarakan rencana serangan dengan Mehdar, dibekuk.
Terbunuhnya Mehdar beberapa hari setelah kunjungan menteri luar negeri Jerman dan setelah presiden Yaman mengulangi janjinya bahwa dia akan bekerja sama erat dengan dunia barat dalam perang melawan terorisme, bukanlah kebetulan. Karena dengan tindakan ini, Ali Abdullah Saleh mendapatkan imbalan yang besar.
Amerika Serikat melipatgandakan bantuan militernya menjadi 140 juta Dollar. Inggris, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi juga melakukan hal serupa. Jerman pun memberikan bantuan dana kepada rumah sakit militer Yaman.
Setelah percobaan serangan terhadap pesawat penumpang di Detroit dilakukan kelompok teror Al Qaida dari Semenanjung Arab, negara barat memandang Yaman dengan kekhawatiran yang berlebihan. Para pengamat dan diplomat memiliki pendapat yang berbeda, yaitu bahwa negara Arab termiskin itu bukanlah negara tanpa hukum atau pun semua suku yang bermukim di Yaman tergabung dalam Al Qaida. Sebaliknya, ketika kepanjangan tangan jaringan Osama bin Laden di Yaman dan Arab Saudi melebur menjadi Al Qaida di Semenanjung Arab, banyak yang menilai ini merupakan aksi minta perhatian.
Kini upaya kelompok tersebut berhasil. Aksi teror mereka antara lain serangan terhadap politisi Arab Saudi pertengahan tahun lalu dan percobaan serangan terhadap pesawat di Detroit. Meski adanya bahaya nyata ini, tidak boleh dilupakan bahwa presiden Yaman masih harus menangani perang kedua yang lebih berdarah lagi, yaitu perang melawan kelompok perlawanan Huthi. Dengan dukungan negara barat dan bayang-bayang perang melawan teror, presiden Yaman dapat menyingkirkan ancaman ini.
Terutama tatkala menteri dalam negeri Yaman lain waktu menekankan, Huthi bertanggung jawab atas penculikan keluarga Jerman dan seorang insinyur Inggris, yang menghilang sejak Juni lalu.
Saat ini disebutkan, berlangsung perundingan. Sementara itu terjadi pertempuran antara militer dan kelompok perlawanan di kawasan yang diduga sebagai lokasi disembunyikannya para tawanan di ibukota provinsi Shabwa, Saada. Di kawasan perbatasan di wilayah paling utara Yaman, menurut keterangan sendiri militer Arab Saudi berhasil menewaskan ratusan pejuang kelompok perlawanan. Sementara di pihak Arab Saudi tewas 82 prajurit. Operasi militer ini juga berlabel “perang melawan terorisme“.
Hari Selasa (12/01), juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa mengingatkan bahwa sekitar 200 ribu pengungsi perang hampir tidak dapat diselamatkan. Para mantan mujahiddin yang mengenal medan perang di Afghanistan dan Irak, serius terhadap meningkatnya bahaya di Yaman. Ancaman ledakan jumlah penduduk dan kemiskinan juga sama berbahayanya bagi Yaman.
Esther Saoub/Luky Setyarini
Editor: Dyan Kostermans