Bagaimana Museum Ukraina Rencanakan Masa Depan Pascaperang
18 Juni 2024Bulan Mei berarti kehancuran bagi Ukraina, ketika Rusia balik menyerang dan menggencarkan agresi terhadap kota dan infrastruktur vital.
Namun begitu, banyak warga Ukraina sudah merencanakan masa depan pascaperang.
Perwakilan museum-museum di Ukraina bertemu pada akhir bulan selama dua hari dalam sebuah konferensi yang diadakan di Berlin, Jerman.
Dengan tajuk "Dari Krisis ke Masa Depan: Tanggung Jawab Baru untuk Museum di Ukraina,” konferensi ini diprakarsai oleh OBMIN, sebuah yayasan berbasis di Warsawa yang didirikan pada tahun 2022 sebagai platform bagi lebih dari 100 museum di seluruh wilayah Ukraina.
Acara yang diklaim sebagai pertemuan terbesar para pekerja museum Ukraina sejak invasi Rusia, memungkinkan para ahli dari Ukraina, Polandia dan Jerman untuk mendiskusikan visi dalam memulihkan situs warisan budaya dalam jangka menengah dan panjang.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Rencana aksi pembangunan kembali
Para delegasi mencetuskan sepuluh saran konkrit mengenai bagaimana museum dapat berkontribusi terhadap rekonstruksi Ukraina dan memperkuat masyarakat sipil.
Proposal tersebut dipresentasikan pada Konferensi Pemulihan Ukraina, sebuah pertemuan tahunan internasional yang diadakan tahun ini di Berlin dari tanggal 11 hingga 12 Juni.
Konferensi tingkat tinggi di Jerman membahas berbagai masalah terkait rekonstruksi Ukraina, termasuk aspek ekonomi dan sosial, serta serta merencanakan reformasi di tingkat regional, nasional dan keanggotaan Uni Eropa. Menurut data OBMIN, sebanyak 102 museum dan galeri seni di Ukraina telah rusak sejak perang dimulai, 12 di antaranya hancur total.
Sekitar 1.062 situs warisan budaya juga telah rusak akibat perang. Dari jumlah tersebut, 123 merupakan situs nasional dan 864 merupakan situs lokal.
Pekerja museum sebagai target perang
Pengrusakan terhadap situs warisan budaya telah lama merupakan strategi perang. Di sini juga, Rusia ingin memupus identitas Ukraina dengan menghancurkan benda-benda peninggalan sejarah.
Direktur museum juga menjadi sasaran serangan Rusia, kata Milena Chorna, pakar sejarah Ukraina di Komisi Eropa.
Para pekerja museum yang tetap tinggal untuk melindungi koleksi sejarah di wilayah pendudukan, banyak yang diculik oleh pasukan Rusia, atau dengan sengaja dijadikan target spionase,” kata Chorna kepada DW. Tujuannya agar mereka mau berkolaborasi dengan Rusia.
Karena "kebanyakan tidak mau tunduk, mereka mengalami tekanan psikologis dan fisik," ujarnya. Dua direktur museum tewas dalam serangan Rusia, imbuh Chorna. Untungnya, sebagian besar pekerja museum telah diungsikan dari zona pendudukan.
Museum sebagai 'tempat ketiga'
Karena perdamaian belum akan terwujud, diksi "masa depan" terbatas pada pemulihan museum yang rusak, menurut Oleksandr Kostin, Direktur Departemen Kebudayaan dan Pariwisata di Kharkiv.
Andrea Jürges dari Museum Artsitektur Frankfurt meyakini, museum masa depan harus mengembangkan visi baru yang melampaui peran tradisional sebagai pusat koleksi benda sejarah.
Menurutnya, museum juga bisa menawarkan "tempat ketiga" yang menyediakan ruang bagi interaksi dan diskusi. Museum harus berkontribusi untuk memperkuat masyarakat sipil.
Rekonstruksi dapat membantu menjadikan museum-museum di Ukraina sebagai "salah satu museum paling modern dan ramah pengunjung di dunia," menurut dokumen yang dirilis OBMIN.
Banyak museum di wilayah yang saat ini diduduki telah membuat kemajuan besar dalam mendigitalisasi koleksi mereka sebagai akibat dari perang.
Namun, dalam sebuah panel diskusi, Vaganova mengungkapkan betapa masa depan museum juga mencakup kewajiban untuk ikut menjamin keamanan, antara lain dengan mendukung Ukraina dengan senjata untuk dapat mempertahankan diri dari Rusia.
(rzn/hp)