Cokelat Natal Makin Mahal, Tapi Petani Kakao Tetap Miskin
24 Desember 2024Ketika konsumen di Jerman bergegas membeli cokelat untuk menyambut natal, harga cokelat sedang melonjak. Pembeli harus membayar hampir 50% lebih mahal untuk produk manis ini. Di Inggris, asosiasi konsumen memperingatkan, harga beberapa cokelat batang dan box cokelat mewah naik hampir dua kali lipat di seluruh Inggris. Di Prancis, seorang produsen cokelat mengatakan kepada harian lokal, mereka sekarang membayar sampai 12.000 euro per metrik ton kakao, dibandingkan dengan 3.000 euro setahun yang lalu.
Inti permasalahannya adalah kelangkaan kakao, setelah panen yang sangat buruk di Afrika Barat yang disebabkan oleh virus CCSV, yang menyebar dari pohon ke pohon dan dapat menyebabkan penurunan hasil panen hingga 50% hanya dalam waktu dua tahun.
Musim hujan yang lebih basah dari biasanya sebagai akibat dari fenomena cuaca El Nino, kekurangan pupuk, diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina — yang mengganggu ekspor melalui Laut Hitam — merupakan faktor penyebab lainnya, di samping perubahan iklim.
Harga berjangka kakao di Bursa Interkontinental London ICE minggu lalu diperdagangkan pada harga 8.363 pound Inggris per metrik ton, kenaikan harga lima kali lipat dibanding Desember 2022.
"Kenaikan terbaru terjadi karena kekhawatiran bahwa hasil panen di Pantai Gading dan Ghana mungkin tidak dapat memenuhi ekspektasi, sehingga mengurangi potensi surplus produksi pada 2024/25," kata Steve Wateridge, kepala penelitian komoditas lunak di Tropical Research Services yang berpusat di London, kepada DW.
Virus pohon kakao jadi 'bencana' bagi petani
Wateridge menggambarkan CCSV sebagai "bencana," seraya menambahkan bahwa "sedikit sekali langkah yang dilakukan untuk mengendalikan penyebarannya di Pantai Gading dan Ghana sehingga situasinya akan semakin buruk di masa mendatang."
Michele Nardella, direktur divisi ekonomi dan statistik di Organisasi Kakao Internasional ICCO, berpendapat, sekarang penting untuk meningkatkan program keberlanjutan di antara produsen di Afrika guna meningkatkan praktik pertanian.
"Petani kecil tidak selalu menyadari dampak [CCSV] pada hasil panen dan mungkin tidak tahu praktik apa yang harus diadopsi untuk menghambatnya," kata Nardella, yang berkantor pusat di Abidjan, kepada DW. "Mereka mungkin enggan mencabut [pohon kakao yang terinfeksi] hanya karena kakao adalah satu-satunya sumber pendapatan mereka."
Pierre Andurand, pendiri dan kepala investasi Andurand Capital Management, menulis di harian bisnis Financial Times baru-baru ini dan memperingatkan adanya "defisit permintaan-penawaran struktural selama beberapa tahun pada biji kakao," dan bahwa "harga yang jauh lebih tinggi akan segera terjadi."
Dia mengatakan produksi kakao global telah turun hingga 13% pada musim 2023-24, dengan mencatat bagaimana stok buah kakao Eropa dan AS berada pada 25% dari level Desember 2023 — yang terendah dalam catatan.
Asosiasi Industri Permen dan Penganan manis Jerman BDSI, yang mewakili kepentingan lebih dari 200 produsen permen, khawatir angka produksi mungkin "tidak dapat diandalkan."
"Ada angka yang saling bertentangan mengenai keseluruhan panen di Afrika Barat. Sementara beberapa perkiraan menunjukkan penurunan, kedatangan pengiriman dari perkebunan ke pelabuhan, indikator yang sangat penting, telah meningkat pesat dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu," kata BDSI dalam pernyataan tertulisnya.
Kementerian Federal Jerman untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan, BMZ, memperkirakan, untuk setiap euro yang dibelanjakan untuk sebatang cokelat, hanya sekitar tujuh sen yang masuk ke kantong petani kakao, sementara produsen dan pedagang mengantongi sekitar 80 sen.
Petani timbun kakao karena harga masih akan naik
Para petani di Ghana, produsen kakao terbesar kedua di dunia setelah Pantai Gading, mulai menimbun biji kakao mereka untuk mengantisipasi harga yang lebih tinggi. Pemerintah Ghana bulan lalu mengumumkan kenaikan hampir 50% dalam jumlah yang dibayarkan kepada petani, dengan harapan dapat mencegah penimbunan dan penyelundupan ke negara-negara tetangga yang menawarkan harga lebih tinggi. Musim lalu, Ghana kehilangan lebih dari sepertiga hasil kakaonya akibat penyelundupan, menurut dewan kakao Ghana, Cocobod.
Di Jerman, konsumsi cokelat per kapita meningkat dari lebih dari 9 kilogram pada tahun 2018 menjadi hampir 9,9 kilogram pada tahun 2023, menurut BDSI. Penjualan cokelat di Amerika Serikat turun 5,5% pada tahun ini hingga Juni, menurut lembaga penelitian Circana yang berpusat di Chigago.
Produsen kakao lainnya berusaha untuk meningkatkan produksi mengimbangi hasil panen kakao yang terus menurun di Afrika Barat. Michele Nardella dari ICCO mencatat bahwa "sementara produksi di Afrika menurun, produksi tetap konstan di Asia dan Oseania dan meningkat di Amerika Latin."
Beberapa petani di India, yang saat ini hanya menghasilkan 1% dari hasil biji kakao dunia, mengatakan mereka melihat situasi saat ini sebagai peluang. Sementara produksi di India mencapai puncaknya pada tahun 2010, pemerintah berusaha untuk meremajakan sektor tersebut dengan mensubsidi program penanaman kembali pohon kakao. Di Indonesia, dari Januari hingga Oktober, ekspor kakao mencapai USD2 miliar, menurut harian Jakarta Post. Ekspor kakao Indonesia telah berlipat ganda dari tahun ke tahun.
Pohon kakao biasanya membutuhkan waktu empat tahun untuk tumbuh, sehingga penanaman intensif saat ini mungkin tidak akan membantu meredakan krisis pasokan aktual. Steve Wateridge memperkirakan lonjakan harga kakao terbaru akan terjadi dalam waktu enam hingga sembilan bulan mendatang, yang berarti cokelat Natal tahun depan bisa jadi lebih mahal.
Diadaptasi dari artikel DW bahasa Inggris