Delegasi IAEA Tiba di Iran
29 Januari 2012Kunjungan para pejabat badan pengawas atom PBB, IAEA, ke Iran hari Minggu, berlangsung di tengah kegeraman di negara itu terhadap embargo minyak yang diterapkan Uni Eropa (UE). Kunjungan ini dianggap sebagai kesempatan langka untuk meredakan pertikaian internasional tentang program nuklir Iran yang ditandai perluasan sanksi dan wacana kemungkinan aksi militer oleh Israel.
Kepada stasiun televisi Arab Al Jazeera, kepala Badan Energi Atom internasional, IAEA, Yukia Amano mengatakan hari Minggu di Davos, "Iran menempatkan aktivitas nuklir di bawah pengawasan IAEA, dan kami dapat mengukuhkan bahwa aktivitas yang dilaporkan Iran bertujuan damai. Tetapi kami tidak tahu jika Iran punya aktivitas yang tidak dilaporkan dan kami tidak tahu apakah semuanya bertujuan damai. Sekarang soalnya sudah jelas. Kami sudah mengidentifikasi sejumlah wilayah, dan ada hal yang harus dijawab Iran."
Tak sembunyikan apapun
Menlu Ali Akbar Salehi, dikutip kantor berita resmi IRNA, mengatakan, ke-enam anggota delegasi IAEA boleh mengunjungi lokasi nuklir manapun yang mereka inginkan. Ia mengatakan hari Minggu (29/01), kepada wartawan di Addis Abeba, dimana ia menghadiri pertemuan tahunan Uni Afrika, bahwa ia "sangat optimis" terhadap kunjungan IAEA.
Iran tidak menyembunyikan apapun dan tidak punya aktivitas nuklir rahasia, kata Salehi. "Iran tidak pernah mengejar senjata nuklir, berdasarkan ajaran dan prinsip Islam yang kami pegang. Tak ada yang kami sembunyikan."
Menlu Salehi juga mengecilkan ancaman Wakil Presiden Mohammad-Reza Rahimidan sejumlah jendral Garda Revolusi untuk menutup Selat Hormuz jika sanksi minyak dijatuhkan terhadap Iran. Larangan mengimpor minyak Iran dimatangkan UE pekan lalu.
"Selat Hormuz adalah jalur penting bukan hanya bagi Iran dan negara-negara di kawasan tetapi juga bagi seluruh dunia. Kami menganggap diri sepenuhnya bertanggungjawab bagi keamanan Selat Hormuz sehingga akan menguntungkan semua negara", kata Salehi.
Diplomasi terakhir
Hari Minggu (29/01) di lapangan terbang Teheran, sejumlah demonstran pro-pemerintah menanti tibanya para inspektur IAEA. Mereka mengacungkan poster, antara lain bertuliskan "Kami berhak atas energi atom".
Petugas keamanan membawa delegasi keluar dari pintu belakang bandara. Sebelum bertolak dari Wina, pemimpin delegasi Herman Nackaert menegaskan, misi ini kemungkinan besar peluang diplomasi terakhir.
"Kami terutama berharap, Iran akan ikut serta dengan kami terkait kekuatiran kami akan kemungkinan dimensi militer program nuklir Iran. Kami berharap memulai dialog, dialog yang batas waktunya sudah lama lewat", kata Nackaert.
Temuan dari kunjungan ini dapat berpengaruh besar terhadap arah dan urgensi upaya yang dipimpin Amerika guna mengekang kemampuan Iran dalam memperkaya uranium. Uranium yang diperkaya dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat senjata nuklir. Iran menolak untuk meninggalkan laboratorium pengayaan miliknya tetapi mengklaim bahwa tujuannya hanya untuk memproduksi bahan bakar reaktor dan riset medis.
Renata Permadi/ ap,afp,rtr
Editor: Ayu Purwaningsih