Dialog Taliban-Afghanistan di Tangan Pakistan?
29 Agustus 2013Presiden Afghanistan berharap jajaran pemimpin Pakistan akan membuka jalan dialog dengan Taliban. Sejumlah elemen dalam pemerintahan Pakistan, termasuk badan intelijen ISI diduga mendukung kaum militan dan menyediakan pelatihan, pendanaan dan suplai amunisi. Tuduhan itu berulangkali dibantah oleh pemerintah Pakistan, yang mengaku akan terus memfasilitasi upaya masyarakat internasional untuk perdamaian.
“Sebelum ini, saya tidak punya harapan besar,” kata Karzai singkat sebelum kunjungan terakhirnya ke Pakistan 26 Agustus lalu. Tapi setelah perubahan pemerintahan di Islamabad, ia mengatakan, ”Saya kini berharap bisa mencapai lebih banyak.” Bagaimanapun, pertemuan Karzai dengan Perdana Menteri baru Pakistan Nawaz Sharif tidak membawa hasil nyata.
Tidak ada rincian persis mengenai sumbangan Pakistan dalam memfasilitasi pertemuan antara para wakil Taliban dengan utusan Afghanistan. Lebih jauh tidak disebutkan, kesediaan Pakistan untuk membebaskan tahanan Taliban, termasuk pemimpin senior Taliban , Mullah Abdul Ghani Baradar yang dilaporkan siap memimpin perundingan damai tersebut.
Sejumlah Tantangan
"Karzai pulang dengan tangan hampa," ungkap Abdul Wahid Wafa, direktur Pusat Studi Afghanistan di Universitas Kabul. Kepada DW ia menjelaskan, bahwa Presiden Karsai berada dalam posisi lemah sejak memburuknya hubungan Afghanistan dengan AS beberapa bulan lalu. Meski begitu, kunjungan Karzai memelihara hubungan diplomatis dan Sharif kini diharapkan mengunjungi Karzai di Afghanistan.
Para ahli seperti pengamat politik Toofan Waziri, kepala Milat Organization, mengatakan masih ada kesempatan bahwa kunjungan terakhir itu akan mendorong proses perdamaian: ”Pemerintah Pakistan sedang di bawah tekanan untuk menyelesaikan masalah Taliban. Rakyat Pakistan ingin mengakhiri penderitaan” yang disebabkan ketakutan dan teror kelompok itu yang menyebar di wilayah perbatasan Pakistan dengan Afghanistan.
Karzai menghadapi sejumlah tantangan berat. Beberapa bulan lalu ia marah, ketika Taliban diperbolehkan membuka kantor bagi negosiasi di Qatar, menyusul keputusan Amerika untuk terlibat dalam pembicaraan langsung dengan kelompok militat tersebut. Baru-baru ini, Karzai secara terbuka menegur jaksa agung Afghanistan Mohammed Ishaq Aloko karena menggelar pertemuan tidak sah dengan para militan Islamis itu di Dubai.
Pakistan Sebagai Kunci
Dengan memainkan peran kunci dalam pembicaraan damai degan Taliban, Karzai ingin meraih kembali modal politik dan partner kuncinya untuk mencapai itu adalah Pakistan. Michael Kugelman, seorang ahli dari Woodrow Wilson International Center for Scholars, mengatakan bahwa Karzai menyadari bahwa jika ingin ada perdamaian di negaranya, maka harus dengan melibatkan Pakistan, karena merupakan satu dari sedikit negara yang punya pengaruh besar atas kelompok Taliban di Afghanistan.
“Dan jika Pakistan terlibat dalam proses yang sesuai kepentingan Afghanistan, maka hubungan kedua negara akan menjadi lebih ramah,“ tambah Kugelman. Jika Karzai sukses membawa Taliban ke meja perundingan, ia akan dihormati lagi sebagai orang kuat yang bisa membuat keputusan di saat tepat.
Tapi para ahli ragu bahwa Islamabad benar-benar ingin untuk bekerjasama. “Karzai betul-betul tak disukai di Pakistan. Banyak kelompok di dalam Pakistan yang tidak punya kepentingan untuk berkerjasama dengan Karzai. Lebih jauh lagi, Taliban secara terbuka menolak semua kontak dengan pemerintahan Karzai yang dituduh sebagai boneka Amerika”.
Kugelman mengingatkan, kemungkinan sukses pembicaraan damai dengan Taliban di Afghanistan sangat tipis.