Musim Everest Kembali Dibuka dengan Aturan Baru
25 April 2024Bukan kebetulan jika Gletser Khumbu di kaki Gunung Everest, Nepal, dijuluki "balai kematian" oleh para pendaki. Khumbu Icefall tidak lain adalah labirin es dengan bongkahan berukuran raksasa yang tumpang tindih dan membentuk jurang-jurang gelap yang harus dilintasi dengan jembatan darurat.
Sepuluh tahun silam, pada 18 April 2014, longsor salju di Gletser Khumbu menewaskan 16 pendaki Nepal yang bekerja mengangkut bahan makanan dan perlengkapan ke atas gunung. Sejak itu, pendaki spesialis Nepal yang dijuluki "Icefall Doctors" itu perlahan menjauhkan rute pendakian dari sisi barat Khumbu.
Tapi untuk musim pendakian tahun ini, perubahan iklim memaksa para Sherpa untuk kembali bertaruh nyawa di balai kematian.
Pasalnya, sejauh ini tidak ada rute lain yang lebih aman. Dua kali para Sherpa berusaha membuka rute baru, namun gagal. Musim dingin yang langka salju di Nepal membuat gletser Khumbu dipenuhi menara dan jembatan salju yang rapuh. Akibatnya, jurang lintasan semakin lebar, sehingga terlalu berisiko jika ingin dilalui dengan jembatan dari tangga aluminium.
Setiap tahun di awal musim pendakian yang berlangsung hingga akhir Mei, para Sherpa mengamankan rute pendakian dengan tali dan jembatan. Ketika para Sherpa menuntaskan rute menuju kamp nomer dua di ketinggian 6.400 meter di atas permukaan laut, baru para pendaki komersil diizinkan naik.
Namun tahun ini, para Sherpa baru selesai mengamankan rute setelah terlambat selama sepuluh hari. Setidaknya ada lima bagian rute yang dianggap berbahaya dan harus dilintasi dengan cepat, menurut Icefall Doctors.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Perubahan "dinamika pegunungan"
Pada musim dingin lalu, ada setidaknya dua bagian rute di ketinggian di atas 5.800 mdpl yang sepenuhnya bebas salju. Fenomena ini "mengkhawatirkan,” kata ahli glasiologi Nepal, Tenzing Chogyal Sherpa.
"Data menunjukkan bahwa jumlah hari bersalju, volume salju dan tutupan salju terus menurun. Jadi, memang ada tren negatif. Jalur pendakian yang 'telanjang' ini menggambarkan apa yang sedang terjadi," imbuhya, merujuk pada laju pencairan gletser yang semakin cepat.
Pencairan menciptakan danau-danau glasial yang semakin besar dan mengancam warga di dasar lembah. Pekan ini, bendungan alami pada sebuah gletser di dekat Gunung Manaslu jebol dan membanjiri pemukiman penduduk. Untungnya, bencana itu hanya menyisakan kerusakan harta benda, tanpa korban jiwa.
Pegunungan Everest juga tidak terbebas dari fenomena ini. Salju dan es tercatat menyusut hingga ke puncak di ketinggian 8.849 meter. Hasilnya, risiko longsor meningkat tajam. "Banyak orang kehilangan nyawa akibat longsoran salju. Gunung ini semakin dinamis,” kata ahli glasiologi Nepal, Tenzing Sherpa.
Pembatasan izin pendakian
"Hambatan di Khumbu Icefall untuk mencapai kamp yang lebih tinggi dapat berdampak pada keseluruhan musim pendakian dan mungkin menjadi pertanda bencana besar di Everest,” kata Norrdine Nouar, pendaki profesional Jerman yang baru saja memuncaki Annapurna setinggi 8.091 mdpl, tanpa tabung oksigen.
Nouar sedang membidik pendakian ketiga di atas 8.000 mdpl dengan memuncaki Everest. "Saya sangat berharap, bahwa rekor jumlah kematian tahun lalu di Everest tidak kembali berulang," kata atlet berusia 36 tahun itu belum lama ini kepada situs "Abenteuer Berg."
Pada musim pendakian 2023, sebanyak 18 orang yang terdiri dari enam warga Nepal dan dua belas pendaki komersial tewas di Gunung Everest. Belum pernah sebelumnya, pemerintah Nepal menerbitkan "izin” untuk mendaki Everest, yakni sebanyak 478 pendakian. Tahun ini jumlah izin turun 20 persen dibandingkan tahun lalu.
Di sisi lain Everest, pemerintah Cina kembali mengizinkan pendakian tahun ini setelah dilarang sejak pandemi Covid-19 empat tahun silam. Menurut keterangan resmi, perbatasan di Tibet baru akan dibuka pada 7 Mei mendatang. Musim pendakian di sisi utara Everest berlangsung hingga 1 Juni.
Menurut pemerintah, sebanyak 300 izin pendakian telah diterbitkan tahun ini. Berbeda dengan di Nepal, Cina mewajibkan penggunaan tabung oksigen bagi semua pendaki mulai ketinggian 7.000 mdpl.
Chip pelacak dan kantung tinja
Di Nepal, mulai tahun ini semua pendaki harus memiliki chip pelacak elektronik yang dijahit di jaket. Peranti ini dimaksudkan untuk memudahkan pencarian jika ada yang hilang atau tersesat.
Tapi, kendati terbukti ampuh dalam pencarian korban longsoran salju di Pegunungan Alpen, Eropa, para ahli meragukan chip pelacak dapat meningkatkan keselamatan di Gunung Everest. Karena jika terjadi longsoran es, kata Lukas Furtenbach, kepala operator ekspedisi Austria Furtenbach Adventures, daya jangkau sinyal berkurang secara signifikan. "Akan lebih baik jika para pemandu tidak membiarkan pendaki sendirian,” kata Furtenbach. "Maka masalahnya akan terpecahkan.”
Tahun ini, pendaki juga diwajibkan membawa dan menggunakan "kantong tinja” di atas gunung, serta membawa turun semua kotoran dan sampah.
Organisasi lingkungan Nepal, Sagarmatha Pollution Control Committee, SPCC, yang bertugas mengelola kamp utama di kaki Everest, meyakini sebanyak tiga ton kotoran manusia bertebaran di antara kamp 1 di ketinggian 6.100 mdpl dan kamp 4 di punggung selatan di ketinggian 8.000 mdpl.
rzn/as