Iran Berhenti Bagikan Rekaman Situs Nuklirnya
24 Februari 2021Iran mengatakan akan berhenti membagikan rekaman terkait aktivitas di fasilitas nuklirnya ke badan pengawas nuklir PBB, yakni Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Hal ini dilakukan sebagai tanggapan atas penolakan Amerika Serikat (AS) untuk mencabut sanksi terhadap Iran yang diberlakukan oleh mantan Presiden Donald Trump.
AS di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden berusaha membalikkan keputusan Trump yang sebelumnya menarik diri dari Perjanjian Nuklir Iran tahun 2015.
Apa yang Iran katakan?
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan negaranya akan berhenti menyerahkan rekaman fasilitas nuklirnya, baik secara harian maupun mingguan.
Badan nuklir sipil Iran, Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) mengatakan akan menyimpan rekaman itu selama tiga bulan.
AEOI akan menyerahkan rekaman tersebut ke IAEA, dengan syarat Iran diberikan keringanan sanksi. Jika tidak, rekaman akan dihapus, sebuah tindakan yang kemungkinan akan berdampak pada semakin sempitnya ruang untuk terobosan diplomatik.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zari mengatakan negaranya juga tidak akan lagi menerapkan aturan yang memungkinkan inspeksi oleh IAEA terhadap fasilitas nuklirnya.
Tiga negara kuat Eropa, yakni Inggris, Prancis dan Jerman yang terlibat dalam Perjanjian Nuklir 2015 mengatakan ‘‘sangat menyesali‘‘ keputusan Iran.
Pakta 2015 yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), merupakan kesepakatan paling signifikan antara Iran dan negara-negara kuat dunia sejak revolusi Islam 1979 di Iran.
Trio Eropa ini sepakat menggarisbawahi perihal bahaya di balik keputusan Iran memblokir inspeksi oleh IAEA. Namun, Inggris, Prancis, dan Jerman tetap menekankan untuk menjaga komitmen dan mendesak Iran untuk ‘‘menghentikan dan membalikkan semua keputusan yang dapat mengurangi transparansi‘‘.
AS di bawah kepemimpinan Biden telah menyatakan bersedia untuk terlibat bekerja sama kembali dengan mitranya dalam apa yang dijuluki sebagai P5+1, yakni Cina, Prancis, Rusia, Inggris, AS, ditambah Jerman. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjanji bahwa AS akan bekerja untuk "memperpanjang dan memperkuat" kesepakatan tersebut.
Namun, Iran di sisi lain mengatakan siap kembali menjalankan komitmennya hanya jika AS mencabut sanksi yang diberlakukan oleh Trump.
Di tengah ketegangan, Iran perkaya uranium hingga 20%
Badan pengawas nuklir Iran memberikan peringatan saat negara itu memperkaya uranium ke tingkat kemurnian hingga 20 persen di Fordow, sebuah situs rahasia di dalam gunung. Padahal, kesepakatan mengatakan bahwa Iran tidak dapat memperkaya uraniumnya sama sekali.
IAEA pada Selasa (23/02) melaporkan bahwa persediaan uranium yang diperkaya oleh Iran saat ini hampir 15 kali lipat dari batas yang ditetapkan dalam Perjanjian Nuklir 2015.
Stok uranium Iran saat ini berjumlah di 2.967,8 kilogram, dan menurut IAEA jumlah ini jauh melebihi batas yakni 202,8 kilogram uranium.
Para inspektur IAEA mengonfirmasi bahwa Iran telah mulai memperkaya uranium hingga kemurnian 20%. Ini berarti, Iran hanya selangkah lagi secara teknis dapat memproduksi senjata nuklir.
IAEA juga mengatakan pihaknya "sangat khawatir" dengan kemungkinan adanya bahan nuklir di situs yang tidak diumumkan di Iran. Fasilitas di distrik Turquzabad, Iran, sebelumnya diidentifikasi oleh Israel sebagai tempat yang diduga sebagai aktivitas atom rahasia.
pkp/gtp (AP, dpa, AFP, Reuters)