Kerry Siasati Dialog di Timur Tengah
3 Januari 2014
Ketika Menteri Luar Negeri AS, John Kerry dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menghadap juru tinta di Tel Aviv, Jumat (3/1), terlihat jelas betapa keduanya mewakili pandangan yang berbeda terkait konflik Timur Tengah.
Netanyahu berulangkali melontarkan tudingan kearah Palestina. Pemerintah jiran di bawah Perdana Menteri Mahmud Abbas menurutnya kerap memprovokasi Israel selama perundingan damai sejak beberapa bulan terakhir.
Abbas sebaiknya memanfaatkan peluang yang ada buat menciptakan damai, kata Netanyahu. "Perdamaian berarti provokasi harus berakhir, melawan dan mengecam gerakan teror, artinya Palestina harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi, menghormati kepentingan keamanannya dan bersedia mengakhiri konflik untuk selamanya," sanggahnya.
Landasan buat Perundingan Lanjutan
Kerry sebaliknya secara demonstratif mengarahkan pandangannya ke masa depan. Ia ingin memperpanjang perundingan yang bakal berakhir April mendatang dan hingga kini belum membuahkan hasil apapun. "Kami mengerti, mencapai perdamaian adalah proses yang panjang dan rumit. Jalan yang berbart," tapi bukan sesuatu yang mustahil.
Selama kunjungan kesepuluh di Timur Tengah itu, Kerry ingin menggandeng kedua pihak yang berseteru buat menerima usulan Washington berupa kerangka kerja perundingan. Kesepakatan itu akan berfungsi sebagai landasan perundingan lanjutan berbasis solusi dua negara antara Palestina dan Israel.
Untuk itu dibutuhkan waktu dan kompromi dari kedua pihak. "Akan menjadi terobosan yang unik," katanya. "Kerangka kerja itu akan mencakup semua masalah inti dan menciptakan landasan, antara lain agar kedua pihak tahu ke mana arah perundingan dan seperti apa hasil akhirnya."
Solusi Dua Negara?
Namun begitu Kerry belum menjelaskan secara rinci soal kerangka kerja yang digodok Washington. PM Israel Netanyahu bahkan tidak menyebut sepatah kata pun soal usulan AS tersebut. Menurut Netanyahu, jika solusi dua negara disepakati, Israel akan kembali ke batas negara sebelum perang enam hari 1967 dan menutup puluhan pemukiman Yahudi di kawasan Palestina yang diduduki.
Terkait kesediaannya itu Netanyahu mendapat perlawanan sengit dari rekan-rekan koalisi pemerintahannya. Sebagian fungsionaris Partai Likud bahkan menegaskan Israel tidak akan menarik diri dari wilayah yang diduduki.
Selama kunjungan Kerry, Menteri Dalam Negeri Israel, Gideon Saar secara demonstratif mengunjungi peletakan batu pertama di pemukiman Yahudi di lembah Yordan. "Pesannya adalah bahwa terdapat suara mayoritas di Israel yang ditandai oleh kehadiran anggota parlemen dari berbagai partai di sini," katanya. "Mereka mendukung kehadiran kami di lembah Yordan yang tidak cuma bersifat sementara dan akan termasuk ke dalam segala bentuk kesepakatan damai."
rn/hp (dpae,rtr)