Khawatirkan Kabul, AS Tambah Pasukan di Afganistan
13 Agustus 2021Sebanyak 300 serdadu tambahan akan tiba dalam 48 jam untuk melindungi bandar udara dan infrastruktur vital lain di ibu kota Afganistan, Kabul, kata Kementerian Luar Negeri AS. Mobilisasi tersebut diperlukan untuk melindungi proses evakuasi dari Afganistan.
Pada saat yang sama Kemenlu AS bersikeras kedutaannya masih beroperasi, kendati dengan jumlah pegawai yang jauh lebih sedikit. "Apa yang sedang terjadi bukan sebuah evakuasi”, kata juru bicara Kemenlu, Ned Price, ”juga bukan penarikan total.”
"Kami berniat melanjutkan kerja diplomasi,” tukasnya.
Menurutnya Taliban sudah berkomitmen untuk tidak menyerang perwakilan asing di Afganistan. Namun begitu pihaknya tidak ingin sepenuhnya bergantung pada jaminan kelompok Islamis tersebut. Sebab itu pemerintah AS "mengambil langkah-langkah antisipasi” kata dia.
Washington sebelumnya bersikukuh pasukannya baru akan hengkang sepenuhnya dari Afganistan pada akhir Agustus mendatang. Seratusan prajurit akan tetap bertugas untuk melindungi warga negara dan diplomat AS.
Sebelum penarikan mundur diumumkan, AS memiliki sekitar 2.500 pasukan di Afganistan. Sejauh ini sudah sebanyak 95 persen personil militer telah dipulangkan, menurut Kemenlu di Washington. Adapun pasukan NATO dari negara lain telah lebih dulu ditarik mundur.
Keruntuhan militer Afganistan
Kamis (12/8), Taliban dikabarkan berhasil menduduki kota ketiga terbesar, Herat. Kaum Islamis juga mengklaim berhasil merebut Kandahar, kota kedua terbesar di Afganistan. Kabar ini dipastikan kebenarannya oleh dua anggota parlemen dan dewan provinsi lokal kepada kantor berita dpa.
Saat ini Taliban sudah berada di gerbang ibu kota, usai merebut kota Ghasni yang hanya berjarak 150 kilometer dari Kabul. Hal serupa terjadi pada kota Kundus di kawasan utara.
Dalam serangan kilatnya sepanjang pekan lalu, Taliban mengaku sudah menguasai 13 ibu kota provinsi. Pemerintah saat ini telah kehilangan kontrol terhadap wilayah utara dan barat sepenuhnya. Selain Kabul, militer saat ini hanya mengontrol sebagian kecil wilayah Afganistan.
Kecepatan runtuhnya militer Afganistan ikut mengejutkan Amerika Serikat. Namun meski di ujung tanduk, Presiden AS Joe Biden bersikeras militer Afganistan harus "berjuang demi negara sendiri,” kata dia.
Menurut Biden, di atas kertas kemampuan militer Afganistan jauh melebihi Taliban, "tapi,” tambahnya, "mereka juga harus mau berperang.”
Dalam sejumlah kasus, pasukan pemerintah dikabarkan lebih memilih menyerahkan diri ketimbang berperang melawan Taliban.
rzn/vlz (dpa, rtr)