Kodam Cendrawasih: Kondisi Wamena Berangsur Pulih
8 Oktober 2019Aktivitas belajar mengajar di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, berangsur-angsur pulih meskipun belum maksimal. Seperti diketahui, sejumlah sekolah terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar sebagai buntut kerusuhan yang terjadi di Wamena beberapa waktu lalu. Tercatat ada 10 sekolah yang terpaksa mengehentikan proses belajar mengajar, yakni 4 SD, 3 SMP, dan 3 SMA.
Terpantau hari Senin (07/10) kemarin, para siswa dari beberapa sekolah di Wamena kembali belajar walaupun tingkat kehadiran siswa masih rendah, seperti di SMA Negeri 1 Wamena, SMP Negeri 1 Wamena, SD Yayasan Pendidikan dan Persekolahan (YPPK) Santo Thomas, dan SD YPPK Santo Yusuf.
Tetapi rata-rata tingkat kehadiran siswa masih sangat minim, rata-rata di angka 10-20% dari jumlah total siswa yang ada. Di SMAN 1 Wamena misalnya, dari total 947 siswa yang terdaftar hanya 200 siswa yang masuk sekolah. Lalu di SMPN 1 Wamena dari total 1.097 siswa yang terdaftra hanya 190 siswa yang hadir. Begitu pula di SD YPPK Santo Yusuf, hanya 42 siswa dari 489 siswa yang datang ke sekolah.
Kegiatan sekolah-sekolah saat ini lebih difokuskan melakukan pemulihan trauma bagi para siswa dan guru. Terlihat pada hari pertama sekolah di pekan ini, kegiatan belajar mengajar diganti dengan trauma healing salah satunya dengan cara mengadakan permainan di lapangan sekolah antara siswa dengan guru.
Fitri, guru matematika di SMAN 1 Wamena menyampaikan para guru dan para siswa bekerja sam membersihkan lingkungan sekolah dari puing-puing bekas kerusuhan. "Karena ini baru hari pertama masuk, jadi sementara masih pembersihan kelas, puing-puing yang ada pecahan kaca," imbuh Fitri dilansir dari dokumentasi Pendam XVII/Cendrawasih yang diterima DW Indonesia.
Fitri berharap kondisi seoklah dapat kembali normal seiring dengan kondisi kemanan yang kian kondusif. "Semoga cepat kembali dari pengungsian yang mau kembali ke sini dan semoga cepat masuk kelas tidak ada trauma lagi. Untuk sementara, guru sudah lumayan banyak," ujarnya.
Selain menghilangkan trauma, Hal ini juga dilakukan untuk agar siswa tidak stres menghadapi ujian semester di bulan November mendatang. Bahkan SMAN 1 Wamena diketahui terpaksa menunda kegiatan ujian tengah semester (UTS) yang seharusnya digelar pada 23 September lalu.
"Kondisi sudah berangsur kondusif. Aktivitas sekolah sudah mulai masuk lagi. Aktivitas ekonomi sudah mulai bergerak kembali. Indikator tersebut sudah kelihatan," ujar Wakil Kepala Penerangan Kodam XVII/Cendrawasih, Letkol Infanteri Dax Sianturi saat dihubungi DW Indonesia, Selasa (08/10) siang.
Dax mengatakan pihaknya kini fokus untuk memberikan trauma healing kepada anak-anak yang berada di lokasi pengungsian, bekerja sama dengan Kementerian Sosial dan yayasan-yayasan lokal yang ada. Pengungsi mayoritas sudah mulai kembali ke rumah masing-masing, namun yang rumahnya habis terbakar akibat kerusuhan tesebut masih memilih bertahan di lokasi pengungsian seperti di halaman Kodim 1702/Jayawijaya.
Ia pun mengimbau kepada para warga pendatang yang ada di Wamena untuk tetap tenang dan tidak meninggalkan Wamena karena kondisi yang sudah semakin kondusif. "Masih ada (eksodus), tapi cenderung menurun dan kita himbau agar tidak usah keluar dari Papua," pungkas Dax.
Listrik pulih 100%
Sementara itu PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) klaim telah berhasil memulihkan jaringan listrik 100% yang sempat padam akibat kerusuhan di Wamena pada tanggal 23 September 2019 lalu.
Hal tersebut disampaikan oleh General Manager PLN UIWP2B , Ari Dartomo, yang mengatakan pemulihan yang dilakukan terdiri dari normalisasi gardu, jaringan tegangan menengah (JTM), dan jaringan tegangan rendah (JTR). Kini semuanya sudah kembali beroperasi.
"Kini sejumlah 142 gardu, 180 kilometer sirkuit (kms) JTM dan 336 kms JTR telah beroperasi kembali, perbaikan terakhir dilakukan di lokasi Hom-Hom, sekitar empat kilometer dari pusat kota,” jelas Ari dilansir kantor berita Antara.
Ari menambahkan meski jaringan listrik telah pulih sepenuhnya, sekitar 1.000 pelanggan dari total 21.800 pelanggan PLN di Wamena masih belum bisa merasakan nyala listrik akibat rusaknya infrastruktur.
"Hal ini dikarenakan bangunan yakni rumah, took dan ruko milik pelanggan tersebut mengalamai kerusakan akibat kerusuhan, perlu perbaikan terlebih dahulu sebelum kembali dinyalakan,” ujarnya.
13 tersangka
Kepolisian Daerah Papua telah tetapkan sebanyak 13 orang tersangka terkait kerusuhan di Wamena, 23 September 2019 silam. Dari 13 orang yang ditetapkan, 10 orang diantaranya telah diamankan sementara sisanya masuk ke dalam daftar pencarian orang (DPO). Beberapa diketahui masih berstatus sebagai pelajar SMA/SMK.
Sepuluh tersangja yang telah diamankan yaitu DM (19), RW (18), AU (16), RA (16), AK (19), DC (32), YP (22), ES (27), NT (27), dan SK (40). Tiga yang masuk ke dalam daftar pencarian orang adalah YA, P, dan MH.
Menurut Kabid Humas Polda Papua Kombes Pol. AM Kamal, peran tiga tersangka yang masuk DPO terbilang cukup sentral. "Tiga orang yang masuk DPO dikategorikan sebagai provokator dan diduga terlibat dalam organisasi KNPB dan ULMWP,” jelas Kamal dilansir Tribunnews.
Hinggi kini pihak kepolisian pun terus menyelidiki adanya kemungkinan keterlibatan kelompok criminal bersenjata (KLB) dalam peristiwa kerusuhan tersebut.
Sebelumnya pada 23 September 2019, kerusuhan terjadi di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Para pelajar SMA menggelar demonstrasi dan bertindak anarkistis dengan membakar rumah, kantor pemerintahan, dan fasilitas lainnya. Unjuk rasa ini berawal dari beredarnya kabar oknum guru yang melakukan tindakan rasis. Akibatnya 33 orang meninggal dunia dan 76 orang lainnya mengalami luka-luka.
Baca juga: Usman Hamid: "Aceh Menjadi Contoh Baik Penyelesaian Masalah di Papua"
gtp/rap/ (dari berbagai sumber)