Konflik Pemukiman Bayangi Konsultasi Jerman-Israel
5 Desember 2012Perkembangan politik terakhir dalam konflik Israel-Palestina membayangi pertemuan bilateral tahun ini. Terutama pengumuman Benjamin Netanyahu tentang rencana pembangunan 3000 pemukiman baru di Yerusalem Timur dan Tepi Barat memicu sengketa baru.
Zona sensitif yang disebut zona E1 ini akan membagi kawasan Tepi Barat menjadi dua bagian. Selain itu, kawasan Yerusalem Timur yang dihuni warga Arab akan terpisah dari kawasan Palestina lain. Ini akan menyulitkan pembentukan negara Palestina dan merupakan pukulan berat bagi penyelesaian damai.
Pemerintah Jerman dan negara-negara barat lainnya sudah memperingatkan Israel agar membatalkan rencana ini. Juga Sekjen PBB sudah mengecam keras rencana PM Israel tersebut.
Jerman Tolak Proyek Pemukiman
Konsultasi Jerman-Israel sebetulnya pertemuan rutin yang dilakukan setiap tahun. Anggota kabinet kedua negara membicarakan berbagai proyek kerjasama. Tahun ini agenda yang direncanakan adalah inovasi, pendidikan dan perlindungan lingkungan.
Hubungan baik dengan Israel adalah salah satu tonggak penting politik luar negeri Jerman. Ini merupakan bagian dari tanggung jawab Jerman atas sejarah kelam genosida warga Yahudi. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan terus ditingkatkan.
Anggota kabinet Israel dan Jerman melakukan pertemuan konsultasi sejak tahun 2008. ”Tujuan Jerman adalah untuk membantu, agar Israel sebagai negara demokratis bisa hidup damai dengan negara-negara tetangganya,” kata Ketua Komisi Luar Negeri di parlemen Jerman Bundestag, Ruprecht Polenz. Tujuan ini hanya bisa dicapai dalam kerangka solusi dua negara untuk Israel dan Palestina.
”Jika Israel menghambat solusi ini dengan pemukiman di zona E1, maka tujuan itu tidak akan tercapai”, tandas politisi dari partai CDU itu. Karena itu sangat penting, bahwa Kanselir Angela Merkel menegaskan keberatan terhadap proyek pemukiman itu.
Ketua grup parlemen Jerman-Israel, Jerzy Montag dari partai Hijau berharap agar ”Kanselir Merkel berbicara dengan bahasa yang jelas dan tegas, tanpa memutus tali hubungan antara Jerman dan Israel yang terjalin secara historis.” Jerman punya tanggung jawab khusus kepada Israel. Karena itu, Jerman harus mendukung solusi dua negara.
Israel Pertanyakan Sikap Abstain
Dalam pertemuan para menteri pertahanan, luar negeri dan ekonomi, Israel mungkin akan melontarkan kritik. Jerzy Montag menduga, Israel akan mempertanyakan sikap Jerman di Sidang Umum PBB yang tidak menolak permintaan Palestina.
Ketika itu, Jerman bersikap abstain. Permintaan Palestina untuk menjadi negara pengamat di PBB diterima dengan mayoritas besar. Israel sejak awal menentang keras langkah itu. Setelah PBB menerima permintaan Palestina, Israel mengijinkan pembangunan pemukiman di Zona E1.
Ruprecht Polenz dan Jerzy Montag menganggap keputusan Israel adalah keputusan yang salah. ”Bagi saya, posisi Israel perlu ditinjau lagi dan diubah, ini demi kepentingan Israel sendiri,” kata Montag. Israel harus menyadari, bahwa dunia internasional sudah sepakat untuk memberi kontribusi konkrit bagi solusi dua negara. Jadi Israel sebaiknya tidak memblokir solusi itu.
Polenz melihat keputusan PBB sebagai upanya penyelesaian damai. Dalam teks resolusi disebutkan, bahwa pihak Palestina mengakui Israel sebagai negara. Selain itu ditegaskan lagi, bahwa negara Palestina akan berdiri di samping Israel dalam perbatasan dari tahun 1967. Beberapa garis perbatasan masih akan dibicarakan.
Menurut Polenz, formulasi ini sudah ada di atas meja perundingan sejak dulu. ”Pemerintah Jerman punya argumen kuat untuk mengatakan pada Israel, bahwa formulasi ini tidak bisa ditolak begitu saja.”
Bisnis Senjata Dengan Negara Arab
Sekalipun berbeda pandangan, Jerman dan Israel sejak lama bekerja erat di bidang keamanan. Dalam perdagangan senjata dengan negara Arab, keberatan dari Israel selalu diperhatikan. Ini juga berlaku bagi rencana penjualan panser ke Saudi Arabia, tegas Polenz.
Pemerintah Jerman setuju hak Israel untuk mempertahankan diri dalam konflik antara Israel dan kelompok Hamas di Jalur Gaza. Tapi Polenz menjelaskan, pemerintah Jerman tidak harus setuju dengan setiap langkah yang dilakukan pemerintahan di Yerusalem. "Kritik yang disampaikan dengan maksud baik akan lebih berhasil, daripada jika Israel merasa dipojokkan ke dinding."