Mengenali Dulu Jurusan Sebelum Kuliah
27 Juli 2013Delapan siswa duduk di ruang konferensi kecil. Mereka mengamati dengan seksama sebuah panel digital. Satu kalimat muncul. Kalimat ini memiliki lebih dari satu arti. Pakar bahasa menyebut fenomena ini sebagai fenomena ambiguitas. "Kemarin kami berdiri di tepi jurang. Saat ini, kita sudah selangkah lebih maju," demikian Manfred Seiler, profesor kajian Inggris dan Amerika Serikat membaca kalimat tersebut. Ia kemudian membahas kalimat itu dengan para siswa. Sebuah kalimat yang mengandung ambiguitas.
Biasanya Manfred Seiler yang memberi ceramah bagi mahasiswa, tapi kali ini ia mendengar pendapat-pendapat mereka -- pendapat para calon mahasiswa yang belum memutuskan untuk mengambil program studi yang mana. Tema "ambiguitas" dipilih untuk menunjukkan kepada para mahasiswa bahwa banyak aspek subjek yang dapat dipilih: “Jika kita memiliki kesempatan untuk menunjukkan pada para mahasiswa yang tertarik bidang studi tertentu, hal apa yang membuat kita senang atau bahagia sebagai ilmuwan, maka ini adalah kesempatan yang sangat besar," katanya. "Sungguh menyenangkan untuk mengajarkan hal ilmiah dengan sekaligus sedikit menghibur." Seorang siswa menemukan hal menarik bahwa bahasa dapat dikaji di berbagai tingkatan. Siswa lainnya merasa penting untuk belajar bagaimana bisa terjadi kesalahpahaman dan bagaimana bahasa dapat diinterpretasikan secara luas dan bervariasi.
Pendukung Keputusan Studi
Secara keseluruhan, terdapat hampir 90 siswa yang berpartisipasi selama seminggu di kampus sekolah di Universitas Goethe di Frankfurt dalam acara yang khusus diselenggarakan untuk menarik minat siswa. Universitas ini ingin membawa siswa agar dekat dengan apa artinya belajar di universitas ini. Salah satu mahasiswa yang tertarik adalah Vincent, berusia 18 tahun, asal Frankfurt: "Saya ingin melihat bagaimana proses ilmiah bekerja." Sementara Isabel, berumur 17 tahun, berharap kampus membantu mahasiswa dalam mengambil keputusan: "Sampai sekarang, saya belum tahu apa yang ingin saya pelajari dan karena itu ingin mempelajari lebih lanjut tentang mata pelajaran yang berbeda." Siswa mendapatkan wawasan tentang semua bidang ilmu, mulai dari hukum, fisika, nuklir sampai etnologi, bahkan sebelum mereka memilih sendiri topik yang ingin mereka perdalam studinya. Maka dari itu bermunculan pertanyaan-pertanyaan seperti: "Dapatkah mengamati pencemaran lingkungan?" Atau "Seberapa besar pemasaran yang dibutuhkan untuk mendorong kesuksesan produk?"
Meraih Perhatian Calon Mahasiswa
Universitas Goethe menyelenggarakan kampus mahasiswa untuk alasan sederhana: "Kami ingin menjadi sebuah universitas yang mahasiswanya dari seluruh Jerman tertarik belajar di Frankfurt," kata Manfred Schubert Zsilavecz, Wakil Presiden Bidang Akademik yang mengajar di Universitas Goethe. Hanya mereka yang secara sadar memilih sendiri studinya, yang nantinya menjadi siswa yang baik, tambahnya.
Proyek ini juga mendapat dukungan dari para siswa dan mahasiswa yang mendampingi siswa dalam program itu. "Saya pikir itu ide baik bahwa kami sebagai mahasiswa membantu mereka," kata seorang mahasiswa bernama Ewin Altun.
Kehidupan di Kota
Pada akhir minggu para siswa diberi kesempatan untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dalam lokakarya mereka. "Saya bisa belajar begitu banyak tentang kehidupan kampus dan bagaimana proses belajar berjalan dengan baik," kata Ricard, yang masih berusia 17 tahun. Beberapa siswa bahkan telah mengambil keputusan. Dan bagi yang tidak berasal dari Frankfurt, juga senang sekali mendapat kesempatan belajar mengenai kota itu. Jonathan, berumur 18 tahun berujar: "Ini kota yang indah."
Apakah kharisma universitas itu sendiri atau menariknya tinggal di kota besar menjadi dorongan siswa mengambil keputusan, tak jadi soal. Bagi Universitas Goethe yang penting banyak yang tertarik untuk studi di sana. Dalam berkompetisi tak boleh ada kata terlena. Lulusan berbakat dan termotivasi tentunya diperebutkan banyak universitas di seluruh dunia.