Mungkinkah Konsep Enam Hari Kerja Selamatkan Ekonomi Yunani?
27 Juni 2024Bagi kebanyakan, UU Ketenagakerjaan adalah hal membosankan, kecuali ketika muncul legislasi baru untuk menambah jam kerja menjadi enam hari selama sepekan. Di Yunani, regulasi baru itu akan mulai berlaku pada tanggal 1 Juli mendatang.
Meski menambah jam kerja per pekan dari 40 menjadi 48 jam, tenaga kerja di Yunani diberikan keleluasaan untuk bekerja lebih, dengan janji mendapat upah yang lebih tinggi. Aturan ini berlaku bagi pelaku usaha yang menawarkan jasa selama 24 jam, kecuali sektor pariwisata dan makanan.
Legislasi itu tidak hanya diniatkan mempermudah administrasi, melainkan diharapkan bisa mengisi kekosongan di pasar tenaga kerja. Caranya adalah dengan menawarkan insentif seperti pelatihan gratis, untuk "menambah kemampuan dan beradaptasi dengan tuntutan pasar kerja yang berubah-ubah," kata Emmanouil Savoidakis, praktisi hukum perburuhan yang berbasis di Athena.
Yang lebih penting, menurutnya, adalah bahwa "enam hari kerja dalam seminggu tidak berlaku secara universal namun terbatas pada sektor bisnis tertentu."
Membalikkan tren pengurangan jam kerja
Yunani menghadapi banyak tantangan seperti rendahnya upah, tingginya angka pengangguran dan menurunnya jumlah penduduk. Negeri kepulauan itu bukan satu-satunya negara yang menghadapi tantangan ekonomi. Namun, konsep bekerja lebih banyak terlihat kontras dengan tren mengurangi jam kerja di Eropa.
Perusahaan di beberapa negara seperti Jerman, Belgia, Prancis, Inggris, Spanyol dan Islandia telah bereksperimen dengan pengurangan jam kerja. Entah dengan konsep empat hari kerja sepekan dengan dengan 10 jam kerja perhari, atau sekadar menyelesaikan 100 persen pekerjaan hanya dalam 80 persen waktu kerja, namun tetap menerima gaji penuh.
Awal tahun ini, perusahaan kereta api nasional Jerman Deutsche Bahn dan serikat masinis kereta sepakat untuk secara bertahap mengurangi standar jam kerja dalam seminggu dari 38 menjadi 35 jam. Tuntutan untuk waktu kerja yang lebih pendek juga muncul di sektor lain.
Pemulihan ekonomi Yunani
Setelah krisis yang melanda, ekonomi Yunani kini kembali mulai pulih dengan mencatatkan angka pertumbuhan sebesar 2,2 persen tahun ini dan 2,3 persen tahun depan, di atas rata-rata Eropa, menurut Komisi Eropa. Adapun tingkat pegangguran diprediksi akan terus turun dari 10,3 persen tahun ini menjadi 9,7 persen pada 2025.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Namun selama satu dekade terakhir, Yunani semakin sering ditinggal talenta terbaik ke luar negeri. Dengan berkurangnya populasi dari 10,7 juta dari 2019 menjadi 10,4 juta pada 2029, masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian, pariwisata dan konstruksi diprediksi akan semakin parah.
Menurut riset Organisasi Kerja Sama Pembangunan OECD, Yunani mencatatkan jam kerja paling panjang selama setahun dibandingkan negara anggota lain, termasuk Inggris, Amerika Serikat atau Jerman.
Pengakuan bagi realita ekonomi
Setidaknya, upah minimum untuk pekerja di Yunani telah naik menjadi 830 euro mulai tanggal 1 April, dari 650 euro pada tahun 2019. Rata-rata upah bulanan saat ini berada di kisaran 1.250 euro. Baru-baru ini, kantor perdana menteri di Athena sudah mengumumkan rencana untuk meningkatkan upah minimal hingga 1.500 euro/bulan pada tahun 2027.
Tapi kenaikan upah tidak sebanding dengan inflasi tinggi yang memaksa banyak warga melakoni dua pekerjaan sekaligus untuk memenuhi kebutuhan hidup, kata Jens Bastian dari Institut Urusan Internasional dan Keamanan Jerman di Berlin.
Menurutnya, peraturan baru ini hanya "menyesuaikan konteks hukum dengan kenyataan yang ada di pasar tenaga kerja Yunani selama bertahun-tahun," kata dia. Artinya, saat ini pun sudah ada banyak orang yang bekerja lebih dari lima hari sepekan.
Bekerja lebih lama dapat "meningkatkan pajak penghasilan pribadi dan jaminan sosial yang lebih tinggi, sehingga menetralkan potensi kenaikan upah dengan bekerja lebih lama," kata Bastian kepada DW.
Perubahan struktural
Di Yunani, tidak sedikit buruh yang belum bergabung di dalam serikat pekerja, khususnya di perusahaan kecil dan menengah. "Mempertahankan pekerjaan mungkin merupakan insentif yang lebih besar dibandingkan menolak bekerja lebih lama atas desakan atasan," imbuhnya lagi.
Emmanouil Savoidakis dari firma hukum Politis & Partners di Athena mengatakan, beberapa klien korporasi tertarik untuk mengimplementasikan enam hari kerja dalam seminggu, "untuk meningkatkan kapasitas operasional dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pelanggan, khususnya perusahaan yang menghadapi kekurangan tenaga kerja dan kebutuhan musiman yang tinggi."
Dia bisa melihat keunggulan konsep enam hari kerja pada sektor usaha dengan beban kerja yang berfluktuasi seperti ritel, manufaktur dan layanan kesehatan.
Namun sebagian besar kebijakan baru di Yunani hanyalah perbaikan jangka pendek, kata Bastian. Enam hari kerja dalam seminggu tidak dapat menyelesaikan masalah ekonomi yang lebih luas, lanjutnya. Jam kerja yang lebih panjang tidak akan mengakhiri tren berkurangnya tenaga kerja.
Yunani sebaliknya dinilai perlu melakukan perubahan struktural, yang mencakup "insentif seperti jalur karir yang layak, kesempatan yang setara dan upah yang lebih tinggi dan mencerminkan keahlian profesional," kata Bastian.
"Dalam hal ini, Yunani memiliki jalan yang panjang dan berliku untuk dapat mengejar ketertinggalannya dibandingkan sebagian besar negara lain di Eropa. Bekerja dengan jam kerja yang lebih panjang dan hari Sabtu sama saja dengan mengambil jalan ke arah yang berlawanan," tutupnya.
(rzn/hp)