PBB Soroti Penangkapan Warga saat Peringatan Tiananmen
5 Juni 2023Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) "mencemaskan” penangkapan terkait peringatan ke-34 penumpasan di Tiananmen Square, Hong Kong, sementara Cina menyatakan pusat keuangan negara itu telah bangkit dari "kekacauan” menuju kemakmuran.
Pihak kepolisian Hong Kong mengaku telah menahan 23 orang pada Minggu (04/06) dengan alasan "menganggu kenyamanan publik” dan juga menahan seoarang perempuan berusia 53 tahun lantaran diduga "menghalangi petugas polisi” dalam peringatan pelanggaran kekerasan ketika unjuk rasa prodemokrasi di Beijing tahun 1989.
Ratusan pihak kepolisian melakukan operasi penghentian dan penggeledahan higga mengerahkan kendaraan lapis baja di dekat Victoria Park, lokasi yag menjadi tempat peringatan tahunan di Hong Kong.
Kebanyakan dari mereka ditangkap di sekitar Victoria Park, ruang terbuka publik yang besar dengan halaman rumput dan fasilitas olahraga, yang merupakan tempat tahunan untuk menyalakan lilin sebagai upaya mengenang ratusan hingga ribuan orang yang terbunuh ketika tank dan infantri militer turun ke pusat Kota Beijing pada tanggal 3 hingga 4 Juni dini hari tahun 1989.
Sementara itu di Beijing, pengamanan tambahan terlihat di Tiananmen Square, yang selama ini dikelilingi oleh pemeriksaan keamanan yang mewajibkan pengunjung untuk diperiksa terlebih dahulu sebelum masuk. Sejumlah warga yang tengah berjalan atau mengendarai sepeda di Changen Avenue, jalanan di utara Tiananmen Square, juga turut dihentikan dan dipaksa untuk memperlihatkan tanda pengenal. Mereka yang memiliki visa sebagai jurnalis diberitahukan bahwa dibutuhkan izin khusus untuk mendekati area tersebut.
Menjelang peringatan itu, sekelompok ibu yang kehilangan anaknya dalam penumpasan Tianamen Square menuntut ganti rugi dan mengeluarkan seruan baru soal "kebenaran, pertanggungjawaban, dan kompensasi."
Pembatasan kebebasan berbicara dan protes di depan umum dalam wilayah administratif Hong Kong telah menghambat kegiatan yang dulunya merupakan acara penyalaan lilin massal sebagai bentuk peringatan penumpasan Tiananmen, yang membuat kota seperti Taipei, London, New York, dan Berlin tetap mengenang peristiwa 4 Juni tersebut.
Akun Twitter Badan PBB untuk Hak Asasi Manusia menyerukan pembebasan terhadap pihak yang ditahan karena "mempraktikan kebebasan berekspresi dan berpendapat secara damai”.
Aktivis Hong Kong menyebut tindakan polisi itu merupakan bagian kampanye yang lebih luas dari Cina untuk menumpas perbedaan di kota yang telah dijanjikan kemerdekaannya secara berkelanjutan selama 50 tahun di bawah model "satu negara dengan dua sistem" saat mantan penguasa kawasan itu, Inggris, kembali menyerahkannya pada tahun 1997.
Konsulat AS mengunggah sebuah foto dalam akun Facebook mereka pada Minggu (04/06), yang memperlihatkan sejumlah jejeran lilin di seluruh jendelanya. "Untuk dikenang" tulis akun tersebut.
Sementara itu, dalam akun Facebook milik Konsulat Kanada menyatakan mereka akan bergabung dengan penduduk Hong Kong dan masyarakat lain di dunia untuk "mengenang penumpasan dengan kekarasan terhadap warga negara yang damai dan tidak besenjata" pada 4 Juni 1989. Akun itu menyebut Kanada bersama semua pihak yang "dicegah untuk menegakkan haknya, termasuk hak untuk berkumpul secara damai."
Human Rights Watch menyerukan agar pemerintah Cina untuk mengakui tanggung jawab atas pembunuhan terhadap para demonstran yang pro-demokrasi.
"Pemerintah Cina terus menghindar dari tanggung jawab atas pembantaian Tianamen beberapa dekade lalu, yang menyebabkan penahanan dengan sewenang-wenang terhadap jutaan orang, pemindaian, dan pengawasan yang ketat hingga upaya mereka untuk merusak hak-hak internasional," kata Yaqiu Wang, seorang peneliti senior Cina kepada Human Rights Watch.
Sementara itu, Chan Po-ying, pimpinan Liga Sosial Demokrat, memegang sebuah lilin LED dan dua ikat bunga kertas berwarna kuning di kedua tangannya. Dia sempat digiring oleh petugas kepolisian dari area pemberhentian dan penggeledahan.
Penguasa Hong Kong yang ditunjuk Beijing telah melarang peringatan kejadian Tiananmen selama tiga tahun belakangan dengan alasan kesehatan. Pada tahun 2020, ribuan orang akhirnya menentang larangan untuk mengadakan acara tersebut.
Setelah berlakunya Undang-undang Keamanan akibat protes besar-besaran tahun 2019, tontonan visual hingga patung-patung di Universitas yang berkaitan dengan Tiananmen dihapuskan. Baru-baru ini, sejumlah buku yang menampilkan peristiwa itu juga ditarik dari peredaran.
Lembaga penyiaran Hong Kong, RTHK, mengatakan bahwa 23 orang yang ditangkap pada Minggu (04/06) karena dianggap melanggar ketertiban umum dan perdamaian itu tidak ditahan, mereka sudah dibebaskan.
Pernyataan Hong Kong dan Cina
Saat ditanyakan mengenai keabsahan berkabung karena tindakan kekerasan di depan umum, pemimpin Hong Kong John Lee menyebut bahwa jika ada orang yang melanggar hukum, "tentu saja pihak kepolisian harus mengambil tindakan."
Dalam sebuah pernyataannya pada Minggu (04/06) malam, Menteri Luar Negeri Cina menyebut "saat ini Hong Kong tengah beranjak dari kekacauan menuju stabilitas dan kemakmuran" dalam jalur yang tepat sebagai "satu negara dengan dua sistem".
"Kekuatan eksternal" termasuk Amerika Serikat (AS) harus menegakkan hukum internasional dan menghentikan "manipulasi politik yang tak berguna" di Hong Kong, demi membendung Cina, kata juru bicara kementerian tersebut.
Di Victoria Park sendiri, pemandangan pengunjuk rasa prodemokrasi telah digantikan dengan karnaval yang diselenggarakan oleh pihak pro Beijing, untuk menandai penyerahan Hong Kong ke Cina pada tahun 1997.
mh/ha (AP, Reuters)