Pemantau Inspeksi, Kekerasan di Suriah Tetap Berlanjut
29 Desember 2011Organisasi "Human Rights Watch" mengkritik, ratusan tahanan disembunyikan di bangunan-bangunan milik militer, untuk menghindari pantauan misi Liga Arab. Sementara itu, para pemantau melanjutkan inspeksinya.
Tim pengamat Liga Arab mengunjungi tiga kota lainnya di Suriah hari Kamis (29/12). Menanggapi kritik oposisi Suriah, ketua misi pengamat meminta waktu lebih untuk memberikan laporan menyeluruh."
Tim pengamat Liga Arab menghadapi sejumlah hambatan menyangkut urusan logistik, namun mereka akan segera tiba di Hama, Daraa dan Idlib," ujar sumber kantor berita DPA. Kunjungan difokuskan kepada kota-kota di bagian selatan dan utara Suriah yang selama berbulan-bulan menjadi lokasi bentrokan militer Suriah dengan para pengunjuk rasa anti-pemerintah. Hingga 200 anggota rombongan pengamat akan mewawancarai para korban kekerasan.
Ketua misi pengamat dibawah perjanjian Liga Arab dengan Suriah, Mustafa al-Dabi, dihujani kritik dari pihak oposisi Suriah. Terutama akibat pernyataan al-Dabi yang menyebut tidak ada yang menakutkan di Homs yang selama ini menjadi jantung pemberontakan demonstran. "Rezim mempermainkan semua orang. Ini sebuah tragedi. Bagaimana bisa al-Dabi berkata seperti itu? Sangat mengecewakan," tegas Anas Airout yang sudah melarikan diri ke Turki. Para pemimpin oposisi yakin kekerasan pemerintah tidak akan berhenti meski ditengah kehadiran pengamat asing.
Debat dunia internasional
Amerika Serikat mendesak semua pihak untuk memberikan waktu lebih bagi misi pengamat di Suriah. "Biar mereka bekerja dulu, baru dinilai kinerjanya," pungkas juru bicara kementerian luar negeri Amerika Serikat. Dukungan bagi misi pengamat Liga Arab juga datang dari dua sekutu rezim Presiden Bashar al-Assad, Cina dan Rusia. Dua negara yang sebelumnya memveto resolusi Suriah di Dewan Keamanan PBB. Juru bicara Beijing menyerukan kepada pemerintah dan oposisi untuk mendukung misi pengamat asing sehingga dapat tercipta penyelesaian konflik Suriah. Rusia bahkan mendesak rezim di Damaskus untuk memberi akses penuh bagi para pengamat.
Kritik datang dari Perancis yang menilai kunjungan ke Homs terlalu singkat dan kurang komprehensif. "Misi pengamat harus diperbolehkan kembali ke Homs, bepergian dengan bebas dan berinteraksi dengan warga," jelas juru bicara kementerian luar negeri Perancis. Misi pengamat yang bertujuan mendorong penarikan pasukan militer Suriah dari kota-kota dan wilayah permukiman harus dapat membangun kredibilitas dengan membuktikan bahwa mereka memiliki akses penuh ke seluruh wilayah, serta dapat mewawancarai berbagai pihak. Cara ini dinilai mampu memuaskan berbagai pihak dan menghasilkan laporan obyektif mengenai krisis Suriah.
Assad kian terisolasi
PBB memperkirakan lebih dari 5 ribu orang tewas akibat rangkaian kekerasan yang dimulai bulan Maret lalu. Unjuk rasa damai berubah berdarah begitu ribuan anggota militer Suriah membelot dan membentuk kelompok oposisi Pasukan Pembebasan Suriah. Mereka kerap menarget konvoi militer maupun polisi Suriah. Begitu juga dengan markas dan pos-pos militer. Pemerintah Suriah melaporkan lebih dari 2 ribu anggota militer tewas sepanjang konflik.
Dunia Barat mendesak Assad untuk mundur, namun Cina dan Rusia menentang intervensi. Suriah juga mendapat dukungan dari Iran. Namun Assad yang kini kian terisolasi telah kehilangan dukungan negara tetangga Turki yang telah menyerukan Assad mundur dan memperbolehkan pasukan pemberontak melancarkan serangan dari Turki.
dpa/rtr/afp/CP/RP
Editor: Hendra Pasuhuk