Penghormatan bagi Suu Kyi
28 September 2012Thein Sein adalah pemimpin Myanmar pertama yang menyampaikan pidato di depan Majelis Umum PBB. Dalam pidato itu dia menyampaikan keinginan untuk betul-betul mengakhiri perang yang sudah berlangsung lama dengan kelompojk pemberontak etnik di negara bagian Kachin.
Thein Sein, bekas Jenderal junta militer yang kini membawa Myanmar melaju dengan kecepatan tinggi untuk melakukan reformasi, menyampaikan pidato pada saat Suu Kyi mengakhiri kunjungannya yang gegap gempita di Amerika Serikat. Sebelumnya dikhawatirkan banyak orang akan membuat pamor Thein Sein sebagai presiden tersaingi.
Penghormatan pada Suu Kyi
Namun kepada wartawan Thein Sein mengatakan:”Pekan ini, dia (Aung San Suu Kyi-red) juga ada di New York. Sebagai warga Myanmar saya ingin mengucapkan selamat kepada dia atas penghargaan yang didapatkan di negara ini (Amerika Serikat-red) sebagai pengakuan atas upaya yang ia lakukan bagi demokrasi.”Kurang dari dua tahun lalu, komentar seperti ini tak akan pernah terpikirkan.
Suu Kyi, pemenang Nobel Perdamaian, menghabiskan 15 tahun hidupnya sebagai tahanan rumah selama kekuasaan junta militer. Ia baru dibebaskan November 2010 dan kini menjadi anggota parlemen yang menekan perubahan di dalam negeri sekaligus juga berupaya mengusahakan pencabutan sanksi internasional atas Myanmar. Amerika telah menghapus sanksi dagang mereka atas Myanmar pada hari Rabu (27/09).
Dengan menyoroti pemilu terakhir, pembebasan tahanan politik dan mengakhiri sensor atas media, Thein Sein menekankan „saling toleransi“ dan „kebesaran hati“ yang kini menandai politik di negara yang dulu dikenal dengan nama Burma itu.
Headline Koran Pemerintah
Di Myanmar, koran milik pemerintah “Cahaya Baru Myanmar” mengambil tindakan langka dengan mempublikasikan versi lengkap pidato Thein Sein, yang juga berisi pujian kepada Suu Kyi di halaman depan.
Suu Kyi bertemu Presiden Barack Obama dan menerima Medali Emas Kongres, sebuah penghargaan tertinggi dari Kongres Amerika, selama kunjungan 18 hari di negara Paman Sam. Pemimpin oposisi itu menemui Thein Sein di hotelnya pada Selasa (26/09) dan menyampaikan optimisme dengan nada hati-hati mengenai perubahan yang sedang terjadi di Myanmar.
“Ada perubahan, tapi belum semuanya, untuk memastikan kita mengarah kepada masyarakat demokratis, tapi di sana memang ada perubahan,” kata Suu Kyi dalam sebuah pidatonya pekan ini.
Selesaikan Konflik Etnik dan Rohingya
Presiden Thein Sein menekankan upaya yang telah dibuat untuk mengakhiri konflik etnik di Myanmar dan menyampaikan harapannya untuk mengakhiri perselisihan dengan kelompok etnik pemberontak Kachin di utara negara itu.
Thein Sein mengatakan bahwa kesepakatan dengan 10 kelompok pemberontak etnik bersenjata, telah tercapai, sambil menyebut bahwa perundingan damai akan terus dilanjutkan untuk mencapai kesepakatan damai final yang betul-betul dapat mengakhiri konflk bersenjata.
Mengenai konflik antara kelompok Buddha dengan komunitas Muslim di negara bagian Rakhine, Thein Sein menyebut itu sebagai sebuah masalah yang “menyedihkan dan tidak terduga” yang kini harus dihadapi pemerintah.
Menjawab kritik internasional atas kekerasan terhadap kelompok muslim Rohingya di Rakhine, dia menambahkan bahwa ”Myanmar punya hak untuk mengamankan perbatasan dan juga menjaga dan melindungi kedaulatan negara. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyelesaikan masalah ini dengan dasar norma-norma internasional.”
afp (AB/AS)