1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Penjualan Mobil Listrik Eropa Lesu, Cina Justru Meroket

9 Februari 2024

Pasar kendaraan listrik di Eropa sedang lesu. Penjualan di Jerman anjlok akhir tahun lalu. Sementara di Cina sebaliknya, BYD menjadi produsen mobil listrik terlaris di dunia.

https://p.dw.com/p/4cDa1
Pengisian daya pada mobil listrik, London
Penjualan mobil listrik Eropa menurun, sementara produsen Cina meroketFoto: John Walton/PA Wire/picture alliance

Sesaat sebelum perayaan Natal tahun lalu, masalah pada anggaran pemerintah Jerman tiba-tiba menghantam sektor kendaraan listrik (EV). Dalam upaya penghematan anggaran, Berlin secara mendadak mengakhiri skema subsidi mobil listrik yang dikenal sebagai "Umweltbonus” atau bonus lingkungan, di mana konsumen mendapat subsidi sampai beberapa ribu euro jika membeli mobil listrik.

Beberapa bulan sebelumnya, pemerintah Jerman bahkan telah mengakhiri skema subsidi untuk kendaraan perusahaan, yang mencakup sekitar dua pertiga dari pasar mobil Jerman. Itu salah satu alasan utama, mengapa angka penjualan mobil listrik baru turun di Jerman anjlok pada dua bulan terakhir tahun lalu.

Asosiasi Produsen Mobil Eropa mengatakan bahwa penjualan mobil listrik di Jerman anjlok 48% pada bulan Desember, sementara penjualan mobil listrik di Uni Eropa secara keseluruhan turun hingga 17%.

Presentasi kendaraan VW ID.3 facelift
Penjualan mobil listrik merosot di Jerman dua bulan terakhir tahun laluFoto: Robert Michael/dpa/picture alliance

Hanya hambatan biasa atau hal yang lebih serius?

Patrick Schaufuss, konsultan di McKinsey, mengatakan bahwa penjualan mobil listrik Eropa mengalami stagnasi pada tahun 2023, akibat menurunnya penjualan kendaraan listrik hibrida (PHEV).

"Hal itu disebabkan oleh tidak adanya atau terbatasnya subsidi untuk PHEV dan hanya ada sedikit model baru untuk teknologi transisi ini," katanya kepada DW. Dia memperkirakan tahun 2024 situasinya akan serupa. Baru pada tahun 2025 dan 2026 diprediksi ada peningkatan, karena model yang lebih terjangkau akan mulai tersedia.

Mike Tyndall, kepala riset ekuitas otomotif Eropa di HSBC, menyatakan bahwa pertumbuhan mobil listrik di Eropa pada tahun 2023 secara keseluruhan sebenarnya "cukup kuat", tetapi pertumbuhannya tidak akan seperti yang diharapkan. "Tantangannya adalah, ada ekspektasi bahwa pertumbuhan kan lebih kuat dan akan meningkat," katanya kepada DW. 

Pemangkasan subsidi untuk mobil ini menunjukkan secara jelas masalah utama seputar penetrasi mobil listrik ke pasar mobil secara keseluruhan di Eropa: harganya masih terlalu mahal. Sejak akhir 2023, produsen mobil di beberapa negara Eropa telah menawarkan diskon yang jauh lebih tinggi untuk pembelian kendaraan listrik agar tetap bisa menarik pembeli setelah subsidi di Jerman dihapus.

Mobil listrik memang biasanya lebih mahal daripada kendaraan berbahan bakar gas, kata Mike Tyndall. Dia yakin bahwa tidak mudah menargetkan 'pengguna awal' untuk memberli kendaraan listrik, karena harganya memang jauh lebih tinggi.

"Anda mendapatkan konsumen yang jauh lebih peduli dengan biaya, mengingat harga mobil listrik saat ini, mereka akan lebih berhati-hati untuk melakukan transisi," katanya.

Ditambah lagi dengan persepsi yang ada di kalangan konsumen, bahwa infrastruktur pengisian daya dan kinerja baterai mobil listrik saat ini masih belum cukup baik. Mike Tyndall yakin bahwa kekhawatiran itu akan berangsur-angsur memudar seiring dengan peningkatan teknologi dan infrastruktur beberapa tahun ke depan.

Automesse IAA 2023
Keterjangkauan telah menjadi masalah bagi para pembuat mobil listrikFoto: Sven Hoppe/picture alliance/dpa

Pertaruhan besar di bisnis kendaraan listrik

Bagi raksasa produsen mobil besar di Eropa, seperti Volkswagen (VW), taruhannya juga besar. Pada bulan Maret 2023, produsen mobil asal Jerman itu mengumumkan rencana untuk menginvestasikan €180 miliar (sekitar Rp3 kuadriliun) selama periode 2023 hingga 2027, untuk elektrifikasi dan digitalisasi.

VW mempertaruhkan masa depannya pada transisi ke mobil listrik. Perusahaan menargetkan 80%  penjualannya di Eropa tahun 2030 berasal dari mobil listrik, dan 55% untuk penjualan di Amerika Serikat.

Tahun lalu, penjualan mobil listrik VW di seluruh dunia meningkat 21%. Meskipun "lingkungan penjualan" akan "cukup menantang" pada tahun 2024, kata seorang jurubucara VW, perusahaan yakin bahwa mereka berada "di jalur yang benar".

Mike Tyndall mengatakan, perusahaan seperti Volkswagen dan Stellantis, yang memiliki merek-merek kendaraan seperti Peugeot, Fiat dan Opel, menyadari betul perlunya menyeimbangkan keterjangkauan harga dengan profitabilitas.

"Mereka akan gelisah, karena hal ini berpotensi berkembang menjadi sesuatu yang lebih besar..  yang menyebabkan orang tidak membeli mobil listrik," katanya.

Pembukaan IAA Motor Show
BYD asal Cina baru-baru ini menjadi produsen mobil listrik terlaris di duniaFoto: Leonhard Simon/REUTERS

Bersaing dengan "penantang baru" dari Cina

Volkswagen terutama bertekad  untuk berjaya dengan kendaraan listriknya di Cina, pasar paling dinamis dan paling besar di dunia untuk jenis kendaraan ini. Tahun 2023 saja, VW telah menghabiskan sekitar $5 miliar untuk menghadapi saingan utamanya Tesla dan BYD.

Kebangkitan produsen mobil listrik Cina seperti BYD memang sangat dramatis. Sementara pasar mobil listrik Eropa mengalami kemerosotan yang signifikan pada bulan Desember lalu, BYD justru menikmati lonjakan rekor penjualannya.

BYD berhasil menjual sekitar 526.000 kendaraan listrik pada kuartal terakhir tahun 2023, kenaikan sebesar 70%,. Hal ini menjadikan BYD produsen mobil listrik terlaris di dunia, mengalahkan Tesla.

Keberhasilan BYD menjual mobil sebagian besar dicapai di pasar domestik Cina, Tapi BYD sekarang juga semakin menargetkan pasar-pasar Eropa dan Amerika Serikat. Keuntungan BYD dan produsen mobil listrik Cina lainnya di pasar Eropa adalah harga yang bersaing.

"Kendaraan baterai-listrik (BEV) Eropa biasanya 15-20% lebih mahal daripada mobil bermesin serupa," kata Schaufuss dari McKinsey. "Di Cina, perbedaannya hanya 10%, dan banyak BEV Cina yang sudah lebih murah daripada mobil berbahan bakar milik Eropa saat ini."

Namun, ini tidak berarti produsen mobil listrik Cina otomatis akan sukses di Eropa, ungkap Tyndall. "Pasar mobil listrik Cina bukanlah pasar yang sehat," katanya. "Ada banyak sekali produsen yang membuat produk yang fantastis, tetapi masih sangat sedikit yang menghasilkan keuntungan." Dia mengatakan akan terjadi konsolidasi pasar, dan BYD tidak mungkin bisa bersaing hanya dengan harga murah di Eropa.

"Mereka mencoba untuk menang berdasarkan substansi dan merek," kata Tyndall. "Dan itu akan memakan waktu lama. Anda perlu merogoh kantong cukup dalam untuk mendanai itu. Dan itu perlu kesabaran."

VW mengatakan bahwa para pesaingnya di Cina tidak akan bisa memenangkan konsumen Eropa hanya berdasarkan harga mobil. "Pesaing asing di Eropa juga harus beradaptasi dengan kebutuhan spesifik pasar," kata VW.

VW senriri menyatakan mereka menyambut baik persaingan dan menganggap serius para pemasok dari Cina. "Sama seperti yang kami lakukan dengan Jepang dan Korea," kata juru bicara VW.

(kp/hp)