1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiArab Saudi

Perempuan Saudi Rebut Peluang Bisnis Meski Banyak Hambatan

29 Mei 2023

Dipercepat oleh Visi 2030, pengusaha perempuan Saudi merebut peluang di berbagai industri. Walau begitu, masih banyak hambatan terkait perbedaan pendapat dan sikap politik serta belum ada perubahan situasi HAM.

https://p.dw.com/p/4Rvfs
Rayyanah Barnawi, perempuan Saudi pertama yang dikirim ke luar angkasa
Rayyanah Barnawi, perempuan Saudi pertama yang dikirim ke luar angkasaFoto: Joe Skipper/REUTERS

Rayyanah Barnawi, seorang peneliti kanker berusia 34 tahun, menukar ruang kerjanya di Rumah Sakit Spesialis King Faisal Riyadh dengan laboratorium bergerak di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Selama 10 hari, dia akan melakukan penelitian dan mengadakan sesi tanya jawab dengan mahasiswa Saudi melalui stasiun radio ISS.

Dia sudah mulai memposting cuitannya di Twitter dari luar angkasa, berbagi selfie dengan audiens global di Bumi, dan menunjukkan kepada mereka tidak hanya karyanya, tetapi juga anting-anting neneknya.

Fakta bahwa Barnawi saat ini berada di luar angkasa merupakan indikasi tegas bagaimana situasi telah berubah bagi perempuan Saudi yang hingga Juni 2018 bahkan tidak diperbolehkan mengemudi mobil, apalagi bekerja di berbagai sektor.

Pada tahun 2016, pemimpin de facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, dikenal sebagai MBS, memperkenalkan serangkaian reformasi yang disebutnya "Visi 2030” dalam upaya memodernisasi masyarakat dan ekonomi.

Namun, kelompok hak asasi manusia secara teratur menunjukkan perubahan visi tersebut tidak memperbaiki situasi hak manusia maupun kebebasan berpendapat di negara itu. Setiap tahun diperkirakan ada ratusan tahanan, termasuk perempuan, yang dijatuhi hukuman penjara karena kegiatan politiknya, beberapa di antaranya bahkan diganjar hukuman mati.

Baru pada Juni 2018, perempuan Saudi diizinkan mengendarai mobil sendiri
Baru pada Juni 2018, perempuan Saudi diizinkan mengendarai mobil sendiriFoto: Fayez Nureldine/AFP/Getty Images

Modernisasi untungkan perempuan

Bagi perempuan pada umumnya, situasi di Arab Saudi telah membaik secara drastis. Pada tahun 2019, aturan perwalian laki-laki dihapus dan perempuan mendapat hak untuk ke luar rumah sendiri tanpa harus didampingi lelaki, dan membuka usaha sendiri tanpa persetujuan dari wali lelaki, biasanya ayah, suami, atau saudara lelaki mereka.

"Perubahan ini telah membuat perbedaan besar," kata Marriam Mossali, Pendiri dan CEO konsultan komunikasi terkemuka Arab Saudi, Niche Arabia. "Ambisi perempuan Saudi selalu ada, meski terselubung dalam anonimitas sebelum ada Visi 2030," katanya kepada DW. "Kami (dulu) ada di jajaran atas, tetapi foto kami tidak pernah dipublikasikan di situs web perusahaan, kami berinvestasi dalam bisnis, tetapi tidak pernah menjadi wajah brand kami. Hari ini, semuanya telah berubah," ujarnya.

Mossali mengaku senang dengan perjalanan Rayyanah Barnawi ke luar angkasa. "Ini akan memiliki efek domino, karena gadis-gadis yang mudah dipengaruhi menyaksikan perempuan di luar angkasa, perempuan yang menjadi kepala lembaga keuangan atau bahkan duta besar," katanya, seraya menambahkan bahwa "gadis-gadis muda ini tidak akan pernah berpikir bahwa mereka tidak dapat mencapai hal seperti itu sukses sendiri."

Marriam Mossali, pendiri dan CEO Niche Arabia
Marriam Mossali, pendiri dan CEO Niche ArabiaFoto: privat

Arab Saudi berubah drastis

Sebastian Sons, peneliti senior untuk lembaga pemikir Carpo yang berbasis di Jerman, yang saat ini berada di Riyadh, juga mengamati perubahan itu. "Riyadh benar-benar berbeda dari enam tahun lalu," katanya kepada DW. "Sama seperti di mana pun di dunia, perempuan sekarang bekerja dengan laptop mereka di kafe-kafe, dan banyak perempuan sukses di jajaran atas."

Bagi Julie Barbier-Leblan, yang tahun 2022 dinobatkan sebagai salah satu dari 20 perempuan di peringkat teratas di bidang bisnis teknologi Timur Tengah oleh majalah Forbes, ada dua alasan utama mengapa perkembangan ini terjadi. "Kebanyakan perempuan sangat didukung oleh keluarga mereka, dan oleh undang-undang Saudisasi," katanya kepada DW.

"Undang-undang Saudisasi", atau Nitaqat dalam bahasa Arab, adalah seperangkat aturan yang awalnya diperkenalkan pada tahun 1970-an untuk meningkatkan lapangan kerja bagi warga Saudi di industri yang didominasi oleh pekerja asing. "Saudisasi telah menjadi aspek kunci dari Visi 2030, karena menetapkan kuota untuk karyawan Saudi, dan jika tidak terpenuhi, perusahaan harus membayar denda," kata Sebastian Sons.

Undang-undang ini sekarang tampaknya telah membantu meningkatkan lapangan kerja perempuan. Sebuah laporan baru-baru ini oleh Otoritas Umum untuk Statistik (GASTAT) menyebutkan tingkat pengangguran perempuan Saudi turun dari 20,5% pada kuartal ketiga tahun 2022 menjadi 15,4% pada kuartal keempat.

Maha Shirah, pendiri SheWorks
Maha Shirah, pendiri SheWorks, jaringan co-working space perempuan pertama di RiyadhFoto: Mohammad Obaidi

Kesenjangan gender tetap ada

Terlepas dari fakta bahwa semakin banyak perempuan mendapatkan pekerjaan, mereka tetap berpenghasilan lebih rendah daripada rekan lelaki mereka. Organisasi Hak Asasi Eropa Saudi (ESOHR) dalam laporannya yang dirilis pada September 2002 menyebutkan, perbedaan upah antara laki-laki dan perempuan tahun 2022 bervariasi antara 4% dalam sektor publik dan 36% di sektor swasta, meskipun sistem tenaga kerja Saudi secara resmi melarang diskriminasi gender dalam upah.

Dalam laporan terbaru Bank Dunia berjudul "Women, Business, and the Law" juga disebutkan: "Terkait kendala pernikahan, undang-undang pekerjaan perempuan setelah memiliki anak, dan perbedaan gender dalam properti dan warisan, Arab Saudi perlu mempertimbangkan reformasi untuk meningkatkan kesetaraan hukum bagi perempuan.”

Maha Shirah, Pendiri SheWorks, jaringan bisnis co-working space perempuan pertama di Arab Saudi, mengatakan bahwa dalam lima sampai tujuh tahun terakhir sudah lebih banyak perempuan yang mendirikan bisnis mereka sendiri. "Perubahan yang diperkenalkan setelah 2016 telah memengaruhi pengusaha perempuan dengan cara yang sangat baik," katanya kepada DW. Dia yakin bahwa seluruh generasi perempuan sekarang punya peluang baru — termasuk dia sendiri.

Maha Shirah ingin menjadikan SheWorks sebagai inkubator bagi pengusaha perempuan Saudi. "Saya merasa tidak ada batasan untuk ambisi saya," katanya. "Orang-orang siap untuk perubahan, populasi kami masih muda, dan bersemangat untuk belajar."

(hp/as)