Penyelam Evakuasi 6 Jasad Korban
22 Januari 2015Kamis (22/01), penyelam berhasil mengevakuasi keenam jasad korban kecelakaan pesawat AirAsia QZ8501. "Kami berharap bisa menemukan lebih banyak jasad lagi," ujar Direktur Operasi Basarnas Suryadi Supriyadi. Ia menambahkan, badan pesawat akan berusaha diangkat ke permukaan dengan menggunakan balon gas. Penemuan enam jasad ini berarti menambah jumlah korban tewas menjadi 59 orang.
CEO AirAsia Tony Fernandes menyambut perkembangan terbaru ini. "Penting bagi kami semua di AirAsia untuk bisa mengembalikan semua penumpang pesawat ke keluarganya masing-masing". Demikian ditulis Fernandes melalui akun Twitter.
Kecepatan tidak normal
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Indonesia Ignasius Jonan mengatakan, pesawat Airbus A320-200 milik AirAsia itu naik dengan kecepatan 6.000 kaki atau 1.800 meter per menit, sebelum mengalami "stall" dan kemudian jatuh. Ketika itu pesawat yang berada dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapur terbang dalam cuaca buruk.
"Dalam menit-menit terakhir, pesawat naik dengan kecepatan yang tidak normal", kata Jonan kepada wartawan Selasa (21/01). Menurut pakar penerbangan, kecepatan pesawat dua sampai tiga kali lebih tinggi dari kecepatan naik yang normal bagi pesawat komersial. Dilaporkan, terdengar suara alarm dalam rekaman suara di cockpit, ketika pilot dan co-pilot berusaha menstabilkan posisi pesawat.
Saat rapat dengan Komisi V DPR RI, Jonan menjelaskan juga, pesawat tersebut naik dengan kecepatan tidak wajar setelah berbelok ke kiri. Dari ketinggian 32.000 kaki ke ketinggian 33.700 kaki dengan kecepatan 1.400 kaki per menit dalam 6 detik. Setelah itu, pesawat terus naik dengan kecepatan 6.000 kaki per menit dari ketinggian 33.700 kaki ke 34.500 kaki.
Bahkan, data radar, kata Jonan, menunjukkan bahwa pesawat terus naik dari 34.500 dengan kecepatan 8.400 kaki per menit ke ketinggian 36.300 kaki, dan terus naik dengan kecepatan tinggi mencapai 11.100 kaki per menit.
Setelah naik dengan kecepatan tak normal, pesawat, menurut Jonan, turun dengan kecepatan yang tak wajar pula. Jonan tidak memberi keterangan penyebab pesawat tersebut naik dan turun dengan kecepatan tak wajar. Menurut dia, hasil penyelidikan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) nanti akan mengungkap secara pasti apa yang terjadi dengan pesawat QZ8501. Komisi V juga menyatakan akan menunggu hasil penyelidikan KNKT dan akan membentuk panitia kerja keselamatan penerbangan nasional.
Penyelam Indonesia menemukan kotak hitam pesawat sepekan lalu, setelah pencarian intensif dilakukan sejak pesawat hilang dari radar tanggal 28 Desember 2014. Pencarian pesawat naas dengan 162 penumpang beberapa kali terhambat akibat cuaca buruk. Rekaman pembicaraan di cockpit dan rekaman data penerbangan kini sedang dianalisa. Laporan akhir akan disampaikan pekan depan.
Mirip kecelakaan Air France
Walaupun para pakar beberapa kali menekankan, tidak bisa memberikan analisa tanpa mengetahui sepenuhnya hasil pemeriksaan black box, tapi mereka mengatakan, kecelakaan itu punya banyak kemiripan dengan kecelakaan yang menimpa pesawat Air France penerbangan 447, yang jatuh ke samudra Atlantik tahun 2009, dan menewaskan 228 orang.
"Kemiripannya sangat jelas," demikian pendapat Daniel Tsang, pendiri kantor konsultasi penerbangan Aspire Aviation di Hong Kong. Dalam kasus Airbus A330 milik Air France, yang sedang dalam penerbangan malam hari dari Rio de Janeiro ke Paris, pesawat juga memasuki zona badai. Belakangan ditemukan, bahwa instrumen yang menunjukkan kecepatan pesawat tidak berfungsi. Pesawat terlalu cepat terbang ke posisi lebih tinggi sehingga menyebabkannya tidak mampu naik lagi dan jatuh.
Dalam kasus kecelakaan AirAsia, pesawat terjebak dalam situasi yang disebut "intertropical convergence zone" atau Zona Konvergensi Antar Tropis. Kawasan dekat khatulistiwa adalah lokasi tempat bertemu dan berputarnya angin dari bagian utara dan selatan bumi. Badai di kawasan ini adalah fenomena yang kerap terjadi.
ml/as (afp,rtr,dpa, kompas.com)