Rusia Berencana "Ambil Keuntungan" dari Perubahan Iklim
6 Januari 2020Pemerintah Rusia telah memaparkan rencana untuk mengkondisikan keadaan ekonomi dan populasi negara mereka terkait perubahan iklim.
Hal ini dapat dilihat dalam dokumen setebal 17 halaman yang diterbitkan di internet oleh Kementerian Pengembangan Ekonomi Rusia pada hari Sabtu (04/02). Laporan tersebut menguraikan langkah-langkah untuk mengurangi dampak kerusakan yang disebabkan oleh perubahan iklim serta "mengambil keuntungan" dari suhu yang meningkat.
Laporan tersebut mengakui bahwa perubahan iklim telah memberikan "pengaruh yang menonjol dan signifikan" bagi sektor industri, pembangunan sosial ekonomi dan kesehatan, serta kesejahteraan penduduk.
Laporan ini berisi rencana skema dua tahun di mana pada fase pertama Rusia akan beradaptasi dengan perubahan iklim hingga tahun 2022. Hal ini bertujuan untuk "mengurangi kerugian" akibat pemanasan global.
Baca juga: 2019: Tahun Bangkitnya Kesadaran dan Aksi Protes Perubahan Iklim
Ancaman dan peluang
Selain itu disebutkan pula bahwa perubahan iklim mengancam kesehatan masyarakat, membahayakan kondisi permafrost (tanah es), dan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi maupun bencana alam.
Rusia diprediksi akan dilanda kekeringan dalam waktu yang lebih lama dan lebih sering, curah hujan ekstrem disertai banjir, meningkatnya risiko kebakaran hutan, serta hilangnya spesies hewan dari habitat asli mereka.
Dalam rencana itu, disebutkan bahwak efek positif diharapkan muncul dari perubahan iklim, seperti pengurangan konsumsi energi selama periode udara hangat. Menyusutnya es akibat suhu bumi yang lebih panas juga dapat mendorong terbukanya akses navigasi di Samudera Arktik dan memperluas area pertanian.
Tercantum 30 langkah ekonomi dan sosial yang dirancang untuk mengurangi tingkat kerentanan populasi, ekonomi, dan sumber daya alam Rusia terhadap perubahan iklim.
Langkah-langkah ini juga mencakup pertimbangan lainnya seperti hitung-hitungan pemerintah akan risiko produk mereka yang menjadi tidak kompetitif jika mereka gagal memenuhi standar terkait kondisi iklim terbaru. Pemerintah juga menyiapkan materi baru untuk diajarkan di sekolah-sekolah terkait masalah perubahan iklim.
Langkah lainnya yakni merekomendasikan pembangunan bendungan untuk mengatasi kekeringan. Selain itu, dibuat juga langkah-langkah persiapan di saat krisis seperti memberikan vaksinasi darurat atau evakuasi jika terjadi bencana.
Rentan terhadap perubahan iklim
Sejak pertengahan tahun 1970-an, Rusia diketahui memanas lebih cepat. Rata-rata suhu udara tahunan di sana meningkat 2,5 kali lebih cepat dibanding rata-rata suhu udara global.
Rusia menjadi salah satu negara yang paling rentan terhadap ancaman perubahan iklim, mengingat negara ini memiliki wilayah Arktik yang luas dan infrastruktur yang dibangun di atas permafrost. Dalam beberapa tahun terakhir, Rusia telah mengalami banjir maupun kebakaran hutan. Sebelumnya pemerintah Rusia pernah mengumumkan keadaan darurat terkait kebakaran hutan besar-besaran yang terjadi di Siberia pada 2019 lalu.
Berdasarkan badan meteorologi Rusia, tahun 2019 merupakan tahun terpanas bagi negeri beruang merah tersebut.
Baca juga:Menyelamatkan Hutan Rimba di Siberia Timur
Putin menyangkal manusia di balik perubahan iklim
Pada September tahun lalu, Rusia resmi mengadopsi Perjanjian Paris 2015 sekaligus mengkritik langkah Amerika Serikat yang mengundurkan diri dari perjanjian tersebut.
Namun, Presiden Rusia Vladimir Putin telah berulang kali menolak kesepakatan ilmiah yang menyebutkan bahwa perubahan iklim terjadi karena faktor emisi buatan manusia. Bulan lalu, dalam konferensi pers akhir tahun, Putin mengatakan "tidak ada yang tahu asal-usul perubahan iklim global."
Aktivis lingkungan di Rusia pun telah menjadi sasaran pihak berwenang. Sementara Putin juga mengkritik aktivis iklim remaja Greta Thunberg, serta menggambarkan Thunberg sebagai seorang remaja yang mudah dipengaruhi yang dapat "dimanfaatkan" untuk kepentingan orang lain.
Puluhan ribu ilmuwan telah mengumpulkan banyak data yang menunjukkan bahwa perubahan iklim diakibatkan oleh aktivitas manusia. Mereka juga menyoroti pentingnya membatasi emisi gas rumah kaca pada saat ini dan di masa mendatang.
rap/ae (AFP)