Seberapa Bahaya Bisphenol A?
13 Februari 2013Bisphenol A (BPA) dihujani kritik selama bertahun-tahun. Zat ini adalah zat kimia dasar yang digunakan dalam banyak produk sehari-hari - CD, kertas termal untuk bon, ponsel, helm sepeda motor dan botol plastik. Namun sejumlah studi menunjukkan adanya kaitan antara BPA dengan beragam penyakit dan cacat tubuh.
BPA dikembangkan tahun 1930-an, saat para peneliti mencari materi sintetis yang dapat menyerupai sifat hormon seksual perempuan, estrogen. Meski tak lama setelah itu terlihat bahwa efek estrogenik pada BPA tergolong lemah, tapi untuk aplikasi terapeutik dan obat-obatan lainnya terbukti lebih cocok.
BPA dikonsumsi bareng makanan
BPA menemukan penggunaan alternatif dalam industri kimia sebagai bahan dasar untuk plastik dan resin. Produsen menyukai BPA karena multiguna, kuat, isolator listrik yang baik dan tidak mudah terbakar.
Namun efek hormonal BPA masih mendatangkan masalah. Partikel-partikel BPA dapat terlepas dari produk dan tertelan oleh tubuh manusia, terutama melalui makanan. Studi menunjukkan bahwa Bisphenol A dapat larut dalam air panas. Meski tanpa sumber panas pun, sejumlah lapisan plastik pada kemasan makanan yang mengandung BPA dapat mencemari makanan.
Ancaman cacat janin
Unsur mirip Estrogen pada BPA yang masuk ke dalam tubuh dapat mengganggu sistem hormon manusia. Sejumlah studi menemukan peningkatan risiko penyakit jantung dan diabetes.
Dampak negatif terhadap seksualitas juga mungkin terjadi. Penggunaan BPA juga dapat berujung pada cacat tubuh pada janin.
Uni Eropa oleh karena itu memutuskan pada tahun 2011 untuk melarang kandungan BPA pada botol bayi. Untuk produk lainnya, Komisi Uni Eropa hanya memberi ambang batas konsentrasi BPA yang dapat diterima. Perancis berencana melarang penggunaan zat ini pada semua kemasan makanan mulai tahun 2015.
Upaya yang paling radikal kini datang dari Swedia. Menteri Lingkungan Lena Ek berniat melarang total zat kimia tersebut, demikian tertulis dalam artikelnya untuk surat kabar 'Svenska Dagbladet.'
Dengan melakukan hal ini, ia membuka pintu bagi permintaan serupa yang datang dari asosiasi-asosiasi lingkungan. "Jerman harus mencontoh Swedia," tegas Ann-Katrin Sporkmann dari Asosiasi Perlindungan Alam dan Lingkungan Jerman (BUND). Karena Bisphenol A dalam dosis terendah pun memiliki efek negatif, tidak masuk akal untuk menetapkan batasan, tambahnya dalam sebuah wawancara dengan DW.
Studi dengan kesimpulan berbeda
Namun Geneviewe de Bauw dari Koalisi BPA, sebuah aliansi perusahaan kimia produsen BPA, mengkritik inisiatif Swedia: "Tak lama lagi kami akan memiliki laporan detail mengenai keamanan BPA terkait makanan, yang saat ini tengah dipersiapkan Otoritas Keamanan Pangan Eropa (EFSA)." Menurutnya Ek menarik kesimpulan secara prematur menyangkut hasil studi, yang tidak membantu bagi konsumen dan kalangan bisnis.
Sporkmann ragu bahwa kajian EFSA akan membawa kejelasan ke dalam debat menyangkut potensi bahaya BPA: "EFSA lebih mengkaji studi kalangan industri, yang berkesimpulan bahwa Bisphenol A tidak bermasalah."
Bagaimanapun Ek berhasil mencapai salah satu targetnya. Semua orang tampaknya kembali membicarakan ancaman bahaya Bisphenol A.