Tema Ekonomi Dominasi Kampanye
25 September 2012Berkaitan dengan jumlah pengangguran 8% yang tidak kunjung turun serta perkembangan ekonomi yang tersendat-sendat, tidak mengherankan jika politik ekonomi menjadi tema kampanye terpenting dalam pemilu presiden AS. Kalau orang masih ingat, bahwa kepada rakyat AS Mitt Romney menampilkan citranya sebagai pengusaha sukses dan penyelamat perusahaan yang bangkrut akibat krisis terakhir, orang bisa berpikir bahwa pemilu presiden sudah jelas hasilnya.
Tetapi ternyata tidak. Bahkan sebaliknya. Walaupun situasi ekonomi negara masih buruk, Obama tetap unggul dalam sebagian besar jajak pendapat di seluruh AS. Itu menunjukkan dua hal. Entah Romney tidak cukup menunjukkan kepada pemilih bahwa ia dan programnya menjadi alternatif lebih baik dibanding Obama, atau pemilih mengerti sepenuhnya program Romney dan menolaknya.
Deutsche Welle menganalisa tiga tema politik ekonomi, dan memperjelas posisi Presiden Barack Obama dan penantangnya Mitt Romney.
1. Pajak
Obama hendak meningkatkan pajak bagi rumah tangga, yang punya pendapatan lebih dari 250.000 Dolar, atau individu yang berpenghasilan lebih dari 200.000 Dolar. Terhadap mereka Obama akan menaikkan pajak, dari 35% menjadi 39,4%. Dengan kenaikan bagi warga kaya ini, pajak bagi warga lainnya tidak perlu dinaikkan.
Rencana Obama adalah hal baik bagi sebagian besar warga AS, dan kenaikan pajak bagi warga kaya tidak berlebihan. Itu dikatakan Andrea Louise Campbell, pakar politik di Massachusetts Institute of Technology di Cambridge.
Sebaliknya Mitt Romney mengatakan hendak menurunkan pajak sebesar 20% bagi semua rakyat AS. "Bagi anggaran negara, rencana Romney tidak menunjukkan, bagaimana pengurangan 20% ini nantinya akan dibiayai,“ ujar Robert P. Inman, profesor jurusan keuangan pada Wharton School di University of Pennsylvania, Philadelphia.
Defisit Anggaran Yang Tinggi
Inman pada dasarnya mendukung prinsip pengurangan pajak. Tetapi ia menekankan, Romney harus mencari sumber lain untuk mengimbanginya. Itu berarti, keringanan paling penting bagi jutaan pembayar pajak AS, misalnya keringanan akibat pembayaran hipotek, pajak lokal dan sumbangan, terpaksa harus dihapus. Menjadikan ini tema dalam kampanye secara politis sangat riskan.
2. Politik Kesehatan
Politik kesehatan bukan saja politik sosial, melainkan juga tema ekonomi yang penting. Sekitar 20% anggaran negara AS digunakan untuk sektor kesehatan. Itu berarti, dibanding negara lain jumlahnya jauh lebih besar. Namun demikian, jutaan warga AS tetap tidak memiliki asuransi kesehatan.
Dalam kampanyenya Mitt Romney berjanji, reformasi sektor kesehatan yang baru-baru ini ditetapkan Obama akan dihapus. Reformasi itu memungkinkan jutaan warga AS untuk memiliki asuransi kesehatan. "Di bawah Romney, satu dari setiap enam warga AS tetap tidak akan punya asuransi kesehatan," dijelaskan Campbell.
Reformasi Radikal
Romney masih punya rencana lain, misalnya perubahan sepenuhnya sistem asuransi kesehatan negara. Menurut rencananya, Medicare yang menjadi asuransi kesehatan milik negara bagi warga usia lanjut, akan diubah menjadi sistem voucher. Dengan Voucher itu, warga lanjut usia dapat membeli asuransi kesehatan di pasaran asuransi.
"Jika harganya lebih tinggi daripada nilai voucher, warga lanjut usia harus membayarnya dari uang mereka sendiri,“ dijelaskan Campbell. Ini memang langkah efektif untuk membatasi dana bagi sektor kesehatan yang terus meningkat, kata Campbell, tetapi itu akan semakin membebani warga lanjut usia. Karena sekarang saja mereka sudah harus membayar separuh biaya asuransi kesehatan.
Dana Medicaid, program asuransi kesehatan bagi warga miskin, juga akan dikurangi secara drastis. Saat ini, pemerintah pusat membagi biaya Medicaid dengan pemerintah setiap negara bagian. Pemerintah pusat selama ini menjanjikan, bahwa dana Medicaid akan terus terjamin.
Tunjangan Yang Ditetapkan
“Rencana Romney dan Ryan akan mengubah program itu menjadi sistem tunjangan yang ditetapkan,“ dijelaskan Campbell. Setiap negara bagian akan mendapat dana tertentu dari Washington, yang semakin lama akan semakin berkurang, demikian ditambahkan Campbell. Untuk jangka panjang ini berarti, semakin sedikit orang akan memiliki asuransi kesehatan.
Sebaliknya, Obama hendak terus mempertahankan program-program kesehatan milik negara, dan membuatnya lebih efisien. Tetapi Inman menekankan, "Harapan Obama, bahwa negara dapat menghemat pajak, misalnya lewat penjagaan kesehatan lebih baik atau tindakan semacam itu, sampai sekarang belum terbukti."
3. Pertahanan
AS menggunakan sekitar 20% dananya untuk sektor pertahanan. Untuk perbandingan: tahun 2011, Washington mengeluarkan dana lima kali lipat lebih besar dari Cina. Di masa penghematan, orang bisa menduga, anggaran untuk keamanan dan pertahanan kemungkinan besar akan dikurangi.
Kenyataannya: tidak sama sekali. Baik Romney maupun Obama tidak merencanakan pengurangan besar bagi militer. Dalam kampanye Romney mengkritik Obama akibat melemahnya militer AS, dan mengumumkan dana sebesar 4% dari produk domestik bruto bagi militer tidak akan dikurangi. Jika diukur dalam Dolar, ini berarti kenaikan anggaran bagi militer.
Masalah Sulit bagi Obama dan Romney
“Tidak ada yang membicarakan masalah ini, karena warga AS tidak akan mengerti,” kata Inman. Banyak orang Amerika melihat negaranya sebagai polisi dunia atau pembela kebebasan. Campbell menambahkan, banyak orang tidak tahu, setinggi apa anggaran bagi pertahanan. Tetapi secara umum rakyat AS mendukung pengeluaran besar bagi militer, karena sektor ini menawarkan lapangan kerja dalam jumlah besar, dan karena banyak orang mendukung militer yang kuat.
Ideologi Yang Memecah-Belah
Inman menilai, perbedaan terbesar antara Obama dan Romney terletak pada perbedaan pengertian tentang peranan pemerintah dan pasar. Obama berpendapat, pemerintah memiliki tugas penting dalam politik perekonomian, sedangkan Romney berpandangan, pasar dapat mengatasi ini dengan lebih baik daripada kebijakan pemerintah.
Campbell kawatir, rencana Romney akan mempertajam jurang antara kaya dan miskin di AS. Perbedaan itu sekarang mencapai titik tertinggi sejak tahun 1920an. Juga lebih drastis daripada di Eropa dan Jepang, demikian Campbell. Perempuan pakar ekonomi itu menganggap kondisi sangat buruk, jika hanya sebagian kecil warga dapat menikmati hasil perekonomian negara.
Campbell berharap, kenaikan pajak yang direncanakan Obama bagi warga kaya dapat membiayai pengeluaran negara yang sangat mendesak. "AS sangat kekurangan dana bagi sektor pendidikan dan infra struktur. Ada peribahasa di AS yang mengatakan, jika orang memakan biji jagung, orang kehilangan kemungkinan untuk produktif di masa depan. Dan ini kita lakukan dengan tidak menanam modal pada manusia atau pada infra struktur,“ demikian Campbell.