Turki Ancam Serangan Balasan ke Suriah
4 Oktober 2012"Turki tidak memiliki minat untuk berperang dengan Suriah. Tapi Turki mampu melindungi kawasan perbatasannya dan jika perlu melakukan serangan balasan,“ demikian dijelaskan Ibrahim Kalin, seorang penasihat PM Turki Recep Tayyip Erdogan Kamis (04/10) melalui jaringan informasi Twitter. Upaya inisiatif politis dan diplomasi akan terus dilanjutkan.
Setelah serangan granat mortir Rabu (03/10) yang menewaskan beberapa warga di desa perbatasan ke Suriah, pemerintah di Ankara Kamis menembaki target berikutnya di Suriah. Artileri Turki Kamis pagi menembaki kawasan sekitar Tell Abjad, demikin dilaporkan aktivis Suriah dan media Turki.
Rabu (03/10) malam, menurut keterangan oposisi Suriah, sedikitnya lima tentara Suriah tewas, dalam serangan balasan Turki. Beberapa jam sebelumnya sejumlah granat mortir yang ditembakkan dari Suriah, meledak di desa Turki Akcakale. Seorang perempuan dan empat anaknya tewas akibat serangan tersebut.
Parlemen Turki Bahas Aksi Militer
Parlemen Turki Kamis (04/10) bersidang secara tertutup, untuk membahas perubahan undang-undang, yang memungkinkan diperluasnya aksi militer melintasi perbatasan hingga ke Suriah. Usulan itu mirip dengan undang-undang yang memungkinkan otorisasi operasi militer ke utara Irak untuk mengejar para ekstremis Kurdi. Demikian dilaporkan kantor berita Turki Anadolu.
Seandainya undang-undang semacam itu berlaku, terbuka peluang bagi Ankara untuk melakukan serangan militer ke Suriah, tanpa mula-mula harus membicarakan keputusan itu kasus per kasus dengan mitra baratnya dalan NATO atau dengan negara-negara Arab.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, : Negara kami tidak akan pernah menerima provokasi yang mengancam keamanan nasional seperti yang dilakukan Suriah.“ Ditambahkan Erdogan, “Pasukan kami akan segera melakukan pembalasan serangan.”
NATO mendukung Ankara
Pakta Pertahanan Atlantik Utara NATO dalam sebuah permintaan sidang mendesak yang diajukan Turki jelas berada di belakang mitranya tersebut. Dewan NATO mengecam pelanggaran serangan melewati perbatasan oleh Suriah sebagai „tindakan agresif“ dan mengumumkan dukungannya terhadap Ankara.
"Pimpinan Suriah harus mengakhiri „pelanggaran terhadap hukum internasional“, demikian tuntutan Dewan NATO. Situasinya akan diamati dengan seksama, dikatakan lebih lanjut di Brussel.
Bukan hanya kepada NATO, Turki juga mencari dukungan kepada Perserikatan Bangsa-bangsa.
Tembakan dari Suriah Rabu (03/10) yang melitasi perbatasan dan menyasar kota Akcakale di Turki, untuk pertamakalinya mengenai dan menewaskan korban warga sipil. Insiden ini merupakan krisis terparah sejak Juni lalu, ketika Suriah menembak sebuah pesawat jet Turki yang menewaskan para awak pesawat.
“Ini merupakan tindakan agresi Suriah terhadap Turki, “ papar Duta Besar Turki Ertugrul Apakan dalam suratnya yang ditujukan kepada Duta Besar Guatemala Gert Rosenthal, yang mengepalai rotasi kepemimpinan Dewan Keamananan PBB. Ditambahkan oleh Apakan, “Ini merupakan tindakan pelanggaran hukum internasional yang sangat mencolok dan mengusik kedamaian dan keamanan.Turki menyerukan agar segera dihentikannya kekerasan yang tidak dapat diterima ini.”
Westerwelle: Proses yang sulit
Menteri luar negeri Jerman Guido Westerwelle menyebut insiden di perbatasan Turki itu sebagai „proses yang sulit“. Dengan memandang jatuhnya korban tewas dan luka-luka di pihak Turki, Westerwelle menuntut permohonan maaf resmi dari pemerintah di Damaskus.
Sementara Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyampaikan rasa gusarnya, karena Suriah melakukan serangan melampaui kawasan perbatasannya. "Bangsa-bangsa yang bertanggung jawab harus melakukan tekanan lebih besar terhadap Presiden Bashar al-Assad untuk mencapai gencatan senjata dan perubahan politis", ujarnya.
Pemerintah di Damaskus menyatakan sedang melakukan penyidikan. Kementerian Informasi Suriah sekaligus menyampaikan ucapan bela sungkawa terhadap korban, demikian dilaporkan stasiun televisi Turki NTV.
DK/AS (dpa, afp, rtr)