Barat Khawatirkan Sengketa Turki-Israel
3 September 2011Sekjen PBB, Ban Ki-moon, para pejabat kementerian luar negeri di Eropa dan
“Saya sungguh berharap Turki dan Israel dapat memperbaiki hubungan. Kedua negara amatlah penting bagi wilayah Timur Tengah, dan hubungan mereka selama ini menjadi amat penting saat membahas situasi di wilayah tersebut. Terutama proses perdamaian di Timur Tengah.“
Gaby Levy untuk sementara waktu tidak akan kembali ke Turki. Duta Besar
Israel Tidak Minta Maaf
Langkah itu adalah reaksi pemerintah di Ankara terhadap penolakan Israel untuk meminta maaf atas pembunuhan warga negara Turki, yang termasuk konvoi pembawa bantuan ke Jalur Gaza. Itu juga konsekuensi dari penolakan Israel untuk membayar ganti rugi kepada anggota keluarga korban. Ankara kini memberikan tanda jelas. Langkah yang sudah diumumkan dan dijadikan ancaman sejak berbulan-bulan lalu, kini benar-benar diambil.
Kembali Menteri Luar Negeri Davutoglu. "Hari ini, 2 September, batas sudah tercapai, di mana Israel telah mengabaikan semua tawaran yang kami berikan. Kini tiba saatnya pemerintah Israel membayar tindakan mereka, karena merasa berada di atas undang-undang dan mengadakan aksi ilegal, tanpa mempedulikan hati nurani manusia. Harga yang harus dibayar adalah hilangnya persahabatan dengan Turki.“
Blokade Laut
Dalam aksi militer Israel yang dilaksanakan bulan Mei tahun lalu, sembilan aktivis Turki yang memperjuangkan kepentingan warga Jalur Gaza dibunuh satuan khusus Israel di wilayah perairan internasional. Menurut sebuah laporan PBB yang dipublikasikan oleh harian AS, New York Times, blokade laut yang diadakan Israel terhadap Jalur Gaza legal, tetapi langkah militer terhadap para aktivis dinilai "tidak sepadan" dan "keterlaluan".
Dalam laporan PBB tersebut kedua negara diserukan untuk menyelesaikan sengketa secara damai. Israel disarankan untuk mengikuti tuntutan Turki atas permintaan maaf dan pembayaran ganti rugi. Laporan PBB tersebut berasal dari hasil penelitian apa yang disebut "Komisi Palmer“, yang dipimpin mantan Perdana Menteri Selandia Baru Geoffrey Palmer. Israel sudah beberapa kali berusaha mencegah penerbitan laporan PBB tersebut.
Sementara itu Presiden Turki Abdullah Gül memperingatkan akan kemungkinan tambah buruknya hubungan dengan Israel, yang dulunya menjadi mitra strategis penting. Gül menyatakan, sebagai negara paling berkuasa di kawasan itu, Turki melindungi hak-hak warga negaranya, juga hak-hak semua orang yang butuh bantuan. Masyarakat internasional juga harus menyadari hal ini, demikian ditambahkan presiden Turki itu.
Konsekuensi atas Israel
Menteri Luar Negeri Ahmed Davutoglu kini mengatakan di Ankara, "Turki akan mengambil semua langkah yang diperlukan, untuk menjamin lalulintas kapal yang aman di bagian timur Laut Tengah. Turki tidak mengakui blokade Israel terhadap Jalur Gaza. Turki juga akan berusaha, agar Mahkamah Internasional mengurus hal itu.“
Jika Israel tetap menolak meminta maaf, seperti sudah dinyatakan berkali-kali, pemerintah Turki di bawah Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan akan mendukung secara aktif tuntutan warga Palestina untuk memiliki negara yang berdaulat. Di samping itu, Erdogan dalam waktu dekat akan mengunjungi Jalur Gaza yang ditutup Israel.
Reinhard Baumgarten / Marjory Linardy
Editor: Carissa Paramita