Iran Siap Kembali ke Perundingan Nuklir Pekan Ini
18 Oktober 2021Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amir-Abdollahian menegaskan, "pembicaraan dengan Grup 4+1 akan dimulai kembali pada hari Kamis (21/10) di Brussels". Hal ini diungkapkan anggota parlemen Ahmad Alirezabeigui kepada kantor berita ultrakonservatif Iran, Fars setelah sesi pertemuan tertutup dengan sang menteri.
Grup 4+1 merujuk pada empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yakni Inggris, Cina, Prancis, dan Rusia, ditambah Jerman, demikian disadur dari kantor berita AFP.
April silam, Iran dan lima negara ini sebelumnya telah membuka pembicaraan dengan Uni Eropa mengenai kelanjutan perundingan di Wina. Sementara Amerika Serikat mengambil bagian dalam negosiasi meski tidak secara langsung atau dalam kapasitas resmi.
AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis, dan Inggris sebenarnya sudah mencapai kesepakatan dengan Iran untuk membatasi program nuklirnya, pada tahun 2015 silam. Tapi bekas presiden AS, Donald Trump secara sepihak menarik AS keluar dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018 dan menjatuhkan kembali embargo senjata serta ekonomi terhadap Iran.
Sejak saat itu, Teheran - yang bersikeras program nuklirnya hanya untuk tujuan sipil - juga telah mundur dari banyak komitmennya berdasarkan perjanjian tersebut.
Penerus Trump, Joe Biden mengatakan dia siap untuk kembali ke perjanjian jika pemerintahan di Teheran kembali mematuhi komitmen nuklirnya.
Menghidupkan kembali perundingan
Pembicaraan Wina bertujuan untuk menghidupkan kembali kesepakatan denuklirisasi. Putaran teranyar tertangguhkan pada bulan Juni silam, setelah rakyat Iran memilih Ebrahim Raisi yang ultrakonservatif sebagai presiden. Utusan Uni Eropa, Enrique Mora yang berada di Teheran Kamis lalu, mendesak tanggal pasti untuk putaran baru negosiasi, yang akan berlangsung di Brussels dalam beberapa hari ke depan.
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell mengatakan pada hari Jumat pekan lalu, dia "siap" untuk bertemu dengan para pemimpin Iran di Brussels sebagai bagian dari upaya untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir yang goyah.
Namun juru bicara Borrell tidak dapat mengkonfirmasi "jika dan kapan" pastinya pertemuan di Brussels akan diadakan. "Tujuannya tetap untuk melanjutkan negosiasi di Wina secepat mungkin," kata juru bicaranya.
Anggota parlemen Iran lainnya, Behrouz Mohebbi Najmabadi, lewat cuitan di Twitter minggu (17/10) menulis, negosiasi akan dilanjutkan "minggu ini".
Peringatan dari Israel
Sementara itu, Israel memperingatkan bahaya potensi perlombaan senjata nuklir di Timur Tengah jika Iran berhasil membangun bom nuklir. Peringatan tersebut dilayangkan menyambut rencana dimulainya lagi perundingan nuklir di Wina.
"Iran hari ini lebih dekat untuk menciptakan bahan fisil untuk senjata nuklir daripada di masa lalu," ujar seorang pejabat keamanan Israel yang tidak disebutkan namanya, sebagaimana dikutip oleh dpa. "Fakta ini memiliki implikasi yang signifikan untuk keamanan negara Israel. Negara kaml tidak tertarik berperang dengan Iran, tapi kami tidak akan mengizinkan Iran untuk memperoleh senjata nuklir," katanya lebih lanjut: "Mengingat kemajuan program nuklir Iran, kami sedang mempersiapkan semua opsi dan skenario, termasuk kemampuan militer", tambah pejabat keamanan Israel itu.
Israel sendiri secara tidak resmi disebut-sebut sudah memiliki senjata nuklir, dan diyakini punya lebih dari 90 hulu ledak nuklir, demikian menurut beberapa perkiraan. Namun, Israel sengaja menghindari berkomentar tentang program nuklirnya untuk menghindari konfrontasi.
Angkatan udara Israel telah berulang kali menyerang sasaran di negara tetangga Suriah untuk mencegah Iran mendapatkan pijakan lebih lanjut di sana. Iran juga membantu organisasi militan Hezbullah untuk memproduksi rudal presisi di Lebanon, kata pejabat keamanan tadi. "Proyek tersebut merupakan ancaman strategis bagi Israel."
"Perubahan bersejarah dalam hubungan dengan negara-negara Arab juga akan termasuk komponen keamanan," kata pejabat itu, merujuk pada Kesepakatan Abraham yang merupakan jalinan hubungan diplomatik antara Israel dengan beberapa negara Arab dengan dimediasi oleh Amerika Serikat."Ini adalah kesempatan bagi negara mana pun yang ingin terlibat di wilayah Timur Tengah untuk menghadapi ancaman bersama."
rzn/as(dpa,afp)