Kenapa India Tertarik dengan Guru dan Tokoh Spiritual?
2 Agustus 2024Tragedi di kota Hathras, India utara pada Juli lalu, yang menewaskan lebih dari 120 orang dalam sebuah pertemuan keagamaan yang dipimpin oleh seorang tokoh spiritual. Lebih dari 250.000 orang diyakini menghadiri acara tersebut.
Kerusuhan pada kerumunan orang itu dilaporkan terjadi saat petugas keamanan dari "sang dewa” mendorong para pengikutnya yang berlutut untuk mengumpulkan lumpur yang dilalui oleh tokoh agama tersebut.
Tokoh spiritual Suraj Pal, yang dikenal sebagai "Bhole Baba" (Tetua Tak Berdosa), itu hanyalah salah satu dari ribuan 'dewa' di India. Ia dulunya adalah seorang petugas polisi di kepolisian negara bagian Uttar Pradesh.
Sebagai seorang tokoh spiritual, kini ia menjadi tuan rumah sejumlah pertemuan keagamaan dari seluruh negeri, mengendarai mobil mewah, memimpin pasukan keamanan pribadi, dan termasuk di antara para elit politik dan orang yang paling kaya di antara para pengikutnya.
Pal dan sejumlah tokoh spiritual Hindu lainnya memiliki pengikut di setiap lapisan masyarakat, mulai dari orang biasa hingga selebriti. Sejumlah besar pendapatan mereka berasal dari sumbangan para pengikutnya, dan beberapa di antara tokoh-tokoh ini mengaku memiliki kekuatan supranatural dan hubungan dekat dengan dewa.
Namun, beberapa tahun terakhir, semakin banyak "guru spiritual" atau "dewa" gadungan di India yang terlibat dalam berbagai tindak kejahatan, mulai dari pelecehan seksual hingga pembunuhan.
'Dewa suci' di balik jeruji besi
Pada 2014, pasukan keamanan terpaksa menghancurkan tembok dengan menggunakan buldoser, hanya untuk menangkap guru Rampal Singh Jatin. Saat itu, diperkirakan sebanyak 20.000 pasukan keamanan harus melawan sekitar 10.000 pengikut setia Rampal.
Setelah mengamankan "ashram" atau tempat tinggal spiritualnya yang sangat besar, pasukan keamanan menemukan empat mayat perempuan dan jenazah seorang anak berusia 18 bulan yang terkubur di halamannya. Empat tahun kemudian, dia dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan pembunuhan.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Ada juga kasus Nityanand, seorang guru buronan yang memproklamasikan dirinya sebagai dewa, yang harus menghadapi tuduhan penculikan dan pemerkosaan di India. Dia mengklaim telah mendirikan negara kepulauan sendiri yang disebut Kailasa empat tahun yang lalu, yang terletak di lepas pantai Ekuador.
Gurmeet Singh Ram Rahim Insan, kepala sekte spiritual Dera Sacha Sauda di provinsi Punjab, juga menikmati status terhormatnya di antara kasta rendah Dalit Sikh dan kelompok-kelompok lainnya.
Dia menjadi berita utama pada 2017 lalu, ketika dia dijatuhi hukuman 20 tahun penjara karena memperkosa dua murid perempuannya. Dua tahun yang lalu, dia juga dinyatakan bersalah atas dua tuduhan pembunuhan.
Pemimpin spiritual lainnya, Swami Premamnanda, melarikan diri dari pembantaian di Sri Lanka pada 1983 dan kemudian mengumpulkan banyak pengikut di negara bagian Tamil Nadu, India selatan. Pria yang mengaku sebagai dewa ini akhirnya dihukum setelah memperkosa 13 anak perempuan. Ia kemudian meninggal dunia di dalam penjara.
Satu-kesatuan spiritualitas
"Jutaan orang di pedesaan dan perkotaan India mencari tujuan dan alasan dalam hidup mereka. Mereka menginginkan seseorang untuk bisa memenuhi kebutuhan spiritual mereka dan menemukan yang dapat mereka percayai, kemudian menjadi bagian dari identitas tersebut," kata wartawan Bhavdeep Kang kepada DW.
Bukunya, "Guru-Guru: Kisah 'Baba' Terkemuka di India," menggambarkan sentralitas guru dalam kehidupan masyarakat India, sebagai seorang instruktur spiritual, orang kepercayaan keluarga, bahkan penasihat bisnis, yang mampu menciptakan ketergantungan, sehingga para pemujanya secara emosional ikut berinvestasi pada kesucian dan ketuhanan sang guru.
Dalam banyak kasus, menurut Kang, teknologi baru juga berperan dalam mengubah penasihat keluarga atau "tokoh spiritual" desa menjadi tokoh selebritas yang terkenal.
Banyak umat berbondong-bondong mendatangi mereka untuk mendapatkan solusi atas berbagai masalah, mulai dari masalah kesehatan hingga pengangguran dan kesuburan. "Mereka yang terkenal memiliki uang, menjadi tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam politik dan pasar," tambah Kang.
Ketuhanan dan pengelolaan uang
Dhirendra Krishna Shastri, yang dikenal sebagai Bageshwar Dham Sarkar, yang berasal dari negara bagian Madhya Pradesh ini adalah salah satu contohnya. Ia mengklaim memiliki kekuatan dari langit, termasuk kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit. Dia juga mengklaim dapat membantu orang-orang mengatasi masalah-masalah bisnis dan keuangan.
Mengandalkan para menteri dan politisi yang berkuasa di antara para pengikutnya, Bageshwar juga merupakan sebuah fenomena di media sosial dengan jutaan pengikut. Ia menjadi pusat perhatian nasional, setelah seorang tokoh masyarakat mempertanyakan klaim Bageshwar yang memiliki kekuatan untuk menyembuhkan penyakit dan dapat membaca isi pikiran seseorang.
Ada juga kasus Mata Amritanandamayi, "tokoh suci yang suka memeluk orang" yang dijuluki "Amma" oleh para pengikutnya. Ia memiliki kekayaan besar, meliputi jaringan amal, sekolah, dan tempat penampungan yang sangat besar di seluruh dunia. Terapis spiritual dari negara bagian Kerala di India selatan ini tidak menganut doktrin agama tertentu.
"Agama saya adalah cinta. Aliran cinta yang tak terputus mengalir dari saya kepada semua makhluk di alam semesta," kata Amma kepada DW dalam sebuah wawancara beberapa tahun yang lalu.
Para pendukungnya termasuk dokter, bintang musik rock, konglomerat, insiyur, serta banyak orang yang telah meninggalkan karier mereka hanya untuk mengabdikan diri kepada Amma.
'Ilmu pengetahuan bukanlah segalanya'
Sosiolog Dipankar Gupta, yang telah mempelajari masalah ini dengan seksama, menjelaskan: "Kaum rasionalis melakukan kesalahan besar dalam penalaran mereka, karena ilmu pengetahuan bukanlah segalanya. Mereka salah, karena lensa yang mereka gunakan untuk melihat dunia bukanlah lensa bifokal. Mereka hanya mengetahui dan melihat satu metode saja," kata Gupta kepada DW. "Mempertanyakan mengapa para penganut agama ini tidak ilmiah adalah pertanyaan yang paling tidak ilmiah," tambah Gupta.
Namun, pendidik Avijit Pathak melihat penganut kepercayaan dari jaringan keagamaan yang begitu besar di India justru bermasalah.
"Religiusitas cinta dan kasih sayang telah digantikan oleh politik dari agama-agama yang menindas. Pencarian meditatif untuk penggabungan antara yang terbatas dan tak terbatas telah digantikan oleh kapsul-kapsul penyelamat instan yang dijual oleh 'industri spiritual' mewah di pasar neoliberal," kata Pathak kepada DW.
"Penderitaan eksistensial yang sangat mendalam dari mereka yang tertindas juga telah dieksploitasi oleh para manipulator," tambahnya.
(kp/hp)