070610 Netanjahu Untersuchungskommission
8 Juni 2010Dari perspektif Israel situasinya sudah jelas. Kelima warga Palestina berpakaian baju selam itu yang ditemukan Senin kemarin (7/6) menggunakan kapal di kawasan pesisiran Gaza, melatih untuk sebuah serangan teror terhadap Israel. Seorang juru bicara menuturkan, dari Jalur Gaza Tengah kapal itu menuju ke arah utara. Sayap militan partai Fatah, brigade martir Al-Aqsa, menerangkan, bahwa pejuang-pejuang itu sedang melakukan misi pelatihan. Empat dari lima warga Palestina itu ditembak mati oleh pasukan Israel, sedangkan yang kelima hingga kini belum ditemukan. Dokter rumah sakit kota Dayr al Balah di Gaza menemukan luka-luka tembak pada kepala dua korban tewas.
Sementara itu, setelah mendapat kecaman keras dari masyarakat internasional, Israel mencoba membenarkan serangan militernya terhadap konvoi kapal bantuan internasional bagi Gaza pekan lalu. Dalam insiden itu tentara Israel menembak mati sembilan warga Turki di atas kapal bantuan „Mavi Marmara“. Perdana Menteri Israel Benyamin Netanjahu menjelaskan, „berdasarkan informasi kami sementara ini, sebuah kelompok naik ke atas kapal itu secara terpisah, dari kota lain. Kelompok itu mengorganisir diri secara terpisah, mempersenjatai diri secara terpisah dan mereka berhasil naik ke atas kapal tanpa diperiksa, tidak seperti yang lainnya. Sasaran kelompok militan itu jelas sekali, yakni memicu pertikaian dengan tentara kami.“
Militer Israel memaparkan, bahwa ada lima penumpang yang ikut naik ke atas kapal bantuan itu diketahui bekerja sama dengan Hamas dan Al-Qida. Namun Israel tidak menjelaskan, apakah kelima aktivis itu tergabung dalam kelompok kekerasan yang menyerbu tentara Israel di atas kapal bantuan pekan lalu.
Netanjahu masih menghalangi pengusutan internasional terhadap insiden yang menelan korban tewas di atas kapal tersebut. Sekjen PBB Ban Ki Moon menuntut agar insiden tersebut diusut. Dan rencanannya Perdana Menteri Selandia Baru Geoffrey Palmer, yang akan memimpin penyelidikan.
Namun hingga kini secara resmi Netanjahu belum mengeluarkan pernyataan terkait rencana tersebut. Tetapi kepada Ban Ki Moon, ia sudah menunjukkan keraguannya terhadap sebuah pengusutan. Anggota Knesset dari partai Netanjahu, Likud, Ofir Akunis menuturkan, "Israel harus menerima kritikan, akan tetapi Israel tidak bersedia diperintah. Oleh karena itu, menurut saya, jawaban PM Netanjahu yang diterima Ban Ki Moon hari Munggu lalu (06/06) adalah tepat. Tidak akan ada komisi penyelidikan internasional yang dimpimpin seorang hakim dari Selandia Baru. Nanti pada akhirnya kita juga punya Goldstone. Saya pikir, Israel yang akan membentuk sebuah komisi penyelidikan dengan melibatkan Amerika Serikat sebagai pengamat.“
Sementara itu, di dalam negeri, tekanan politik terhadap pemerintah Israel semakin meningkat. Akhir pekan lalu, sedikitnya 6.000 anggota partai kiri ikut dalam gerakan perdamaian dan aksi demonstrasi di Tel Aviv menentang haluan politik Netanjahu.
Engelbrecht/Adriani Nangoy
Editor: Hendra Pasuhuk