Paket Ekonomi Hanya Janji Palsu?
13 Oktober 2015Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Darmin Nasution menyatakan siap mengumumkan paket ekonomi IV setelah bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Dikatakannya, paket stimulus ekonomi terbaru itu kemungkinan diumumkan resmi Kamis, 15 Oktober. Diharapkan, rangkaian kebijakan baru ini akan bisa memulihkan ekonomi Indonesia yang melambat drastis belakangan ini. Di depan wartawan Darmin Nasution belum bersedia mengatakan fokus paket kebijakan yang baru. Namun mencuat dugaan, paket stimulus keempat antara lain akan mengatur upah minimal buruh.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan sebelumnya, selain efek peningkatan di bidang ekonomi, dengan diluncurkannya paket baru diharapkan rakyat memberikan sentimen positif kepada pemerintah, yang serius menangani masalah ekonomi negara. Tapi banyak yang menuding, kebijakan ekonomi itu hanya bertujuan mendongkrak citra Jokowi yang belakangan melorot tajam.
Mengamati perkembangan terakhir harian Financial Times berkomentar bahwa kepopuleran Jokowi memudar karena setelah menjadi presiden selama lebih dari setahun tidak mampu memenuhi janji-janjinya.
Jokowi harus belajar
Sejumlah suara mulai mengatakan bahwa Jokowi harus belajar menangani masalah dan belajar cepat. Direktur pusat penelitian ekonomi dan pembangunan Universitas Pajajaran (CEDS) Dr. Arief Anshory Yusuf mengatakan mengatasi masalah ekonomi sebuah negara tentu lebih berat dan rumit daripada masalah ekonomi sebuah kota.
Menanggapi harga-harga yang semakin tinggi, masyarakat mengharapkan kenaikan upah dan gaji. Sementara Menko Perekonomian menyatakan Senin, peraturan pemerintah tentang pengupahan masih dalam proses diskusi lintas sektoral. "Kita sedang proses," ujar Darmin Nasution, " Kita diskusikan dulu satu dua hari dengan semua pihak yang berkaitan."
Dampak perlambatan ekonomi bagi masyarakat
Paket stimulus ketiga yang antara lain berisi kebijakan menurunkan harga solar, yang dilansir pekan silam memang disambut baik oleh masyarakat. Walaupun tetap mencuat kekhawatiran bahwa dalam waktu singkat harganya akan naik lagi secara drastis, mengikuti fluktuasi harga minyak dunia.
Menurunnya kemajuan ekonomi juga berdampak pada kemampuan warga untuk membeli barang. Sehingga kecenderungan yang bisa diamati belakangan ini adalah, warga lebih mengutamakan kebutuhan primer. Dampak negatifnya antara lain dirasakan perusahaan kelas menengah, yang bisa dibilang memenuhi 50% perekonomian Indonesia. Misalnya sektor kerajinan tangan seperti mebel kayu tradisional menderita karena kekurangan pembeli. Media melaporkan, setelah Rupiah agak menguat lagi, warga malahan bingung.
Indonesia menghadapi tantangan berat untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonominya ke kisaran semula, sekitar 7 persen per tahun. Hingga kuartal kedua tahun ini, ekenomi melemah dan pertumbuhan hanya mencapai 4,7 persen, terendah sejak 2009. Selain itu kasus korupsi masih merajalela, dan banyak pihak berupaya menjegal lembaga anti korupsi. Dditambah lagi masalah aktual seperti bencana kabut asap yang semakin meluas sampai ke negara-negara tetangga, yang ikut membebani ekonomi negara.
ml/as (rtre, tempo.com, Twitter, Financial Times)